Syekh Abdul Qadir al-Jailani “Ketika engkau merasa paling hina, saat itulah Allah sedang mendekatkan dirimu kepada-Nya.”

Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA – Dalam perjalanan hidup, setiap manusia pasti pernah mengalami saat-saat terendah. Saat merasa tidak berarti, saat merasa gagal, saat dunia terasa sempit dan tidak ada jalan keluar. Namun, justru di momen seperti itulah, sebuah cahaya spiritual muncul dalam bentuk kesadaran yang dalam. Seorang ulama besar dan tokoh sufi ternama, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, pernah berkata:
“Ketika engkau merasa paling hina, saat itulah Allah sedang mendekatkan dirimu kepada-Nya.”

Makna Penghinaan Menurut Epictetus: Bukan Apa yang Dikatakan Orang, Tapi Bagaimana Kita Menyikapinya

Ucapan ini bukan hanya penghiburan, tetapi sebuah pelita yang menerangi makna terdalam dari penderitaan dan kerendahan hati. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi makna pesan tersebut, mengapa kehinaan batin bisa menjadi jembatan menuju kedekatan dengan Tuhan, dan bagaimana kita dapat menumbuhkan kekuatan spiritual melalui kerendahan hati.

Mengenal Sosok Syekh Abdul Qadir al-Jailani

Zeno dari Citium: "Kuatkan Batinmu agar Hidup Menyakiti Sesedikit Mungkin"

Syekh Abdul Qadir al-Jailani lahir pada tahun 1077 M di Gilan, sebuah daerah di Persia (sekarang Iran). Ia dikenal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah dan dijuluki sebagai “Sultanul Awliya” atau Raja para Wali karena kedalaman ilmu dan keteguhannya dalam mendidik umat. Ajarannya menekankan keikhlasan, pengabdian kepada Tuhan, dan pentingnya membersihkan hati dari kesombongan.

Beliau tidak hanya dihormati dalam dunia Islam, tetapi juga menjadi teladan spiritual lintas zaman. Nasihat-nasihatnya masih relevan hingga kini, terutama dalam menuntun manusia untuk kembali kepada jati diri spiritualnya yang hakiki.

Marcus Aurelius: "Kuasai Pikiranmu, Bukan Kejadian di Luar Dirimu"

Rasa Hina sebagai Pintu Kedekatan dengan Allah

Dalam kehidupan, banyak orang yang menganggap kehinaan sebagai tanda kelemahan atau kegagalan. Namun menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, perasaan hina justru merupakan momentum penting dalam perjalanan spiritual seseorang. Ketika ego telah runtuh, ketika seseorang tidak lagi merasa sombong atau merasa paling benar, saat itulah hati menjadi lapang untuk menerima cahaya Ilahi.

Halaman Selanjutnya
img_title