Kalam Ramadhon: Mengutamakan Orang Lain – Kisah Pengorbanan Imam Ja’far Ash-Shadiq
- Image Creator Grok/Handoko
Malang, WISATA - Dalam ajaran Islam, mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi adalah salah satu akhlak yang mulia. Sikap ini sering kali disebut dengan istilah itsar, yakni mendahulukan kepentingan orang lain meskipun diri sendiri dalam keadaan membutuhkan. Sikap ini banyak dicontohkan oleh para ulama besar sepanjang sejarah Islam, salah satunya adalah Imam Ja’far Ash-Shadiq.
Siapa Imam Ja’far Ash-Shadiq?
Imam Ja’far Ash-Shadiq adalah seorang ulama besar dari kalangan Ahlul Bait yang hidup pada abad ke-8 Masehi. Ia adalah cicit dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan cucu dari Imam Zainul Abidin. Selain dikenal sebagai ahli dalam ilmu fiqih dan hadits, beliau juga adalah sosok yang sangat dermawan, rendah hati, dan selalu mengutamakan kepentingan orang lain.
Kehidupan Imam Ja’far Ash-Shadiq dipenuhi dengan ketakwaan dan kebijaksanaan. Ia mendirikan mazhab fiqih yang dikenal dengan mazhab Ja’fari, yang banyak diikuti oleh kalangan Syiah. Meskipun demikian, banyak ulama Sunni juga mengambil ilmu darinya, termasuk Imam Abu Hanifah dan Imam Malik.
Kisah Pengorbanan Imam Ja’far Ash-Shadiq
Dikisahkan bahwa suatu hari Imam Ja’far Ash-Shadiq sedang berada di rumahnya ketika seorang lelaki datang dalam keadaan kelaparan. Ia mengetuk pintu dan meminta bantuan. Tanpa berpikir panjang, Imam Ja’far langsung meminta pelayannya untuk mengambil makanan yang tersisa di rumahnya.
Namun, pelayannya berkata, “Wahai Imam, makanan yang tersisa hanya cukup untuk berbuka puasa nanti.”
Mendengar hal itu, Imam Ja’far tidak ragu untuk memberikan seluruh makanan yang ia miliki kepada lelaki tersebut. “Berikan semuanya kepadanya, biarkan ia makan hingga kenyang. Aku masih bisa menahan lapar, tapi mungkin ia sudah berhari-hari tidak makan,” kata Imam Ja’far dengan penuh kasih sayang.
Ketika orang tersebut menerima makanan itu, ia pun menangis haru dan berdoa agar Allah membalas kebaikan Imam Ja’far. Peristiwa ini menjadi salah satu bukti betapa besar pengorbanan dan keutamaan akhlak Imam Ja’far Ash-Shadiq dalam mengutamakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri.
Mengutamakan Orang Lain dalam Islam
Mengutamakan kepentingan orang lain adalah salah satu bentuk kemuliaan akhlak yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Al-Hasyr: 9)
Ayat ini menggambarkan bagaimana para sahabat Nabi juga memiliki sifat itsar seperti yang dicontohkan oleh Imam Ja’far Ash-Shadiq. Mereka lebih mengutamakan saudara seiman daripada kepentingan pribadi, meskipun mereka sendiri sedang dalam kesulitan.
Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang sangat bergantung pada sejauh mana ia mampu mendahulukan kepentingan orang lain dengan tulus.
Pelajaran dari Kisah Imam Ja’far Ash-Shadiq
Dari kisah Imam Ja’far Ash-Shadiq, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa kita ambil:
1. Menjadi dermawan tanpa syarat – Imam Ja’far tidak pernah menunggu hingga dirinya berkecukupan sebelum bersedekah. Ia memberikan yang terbaik meskipun dirinya sendiri dalam kondisi membutuhkan.
2. Mendahulukan kebutuhan orang lain – Sikap itsar yang dimiliki Imam Ja’far menjadi teladan bagi kita untuk tidak hanya berpikir tentang diri sendiri, tetapi juga memperhatikan keadaan sekitar.
3. Menjalankan ajaran Islam dengan penuh keikhlasan – Imam Ja’far tidak mengharapkan balasan dari manusia, melainkan ia hanya mengharap ridha Allah SWT dalam setiap perbuatannya.
4. Kesederhanaan dan ketawadhuan – Meskipun memiliki ilmu yang luas dan kedudukan tinggi, Imam Ja’far tetap hidup sederhana dan lebih memilih membantu orang lain daripada memikirkan kesenangan pribadinya.
Meneladani Imam Ja’far Ash-Shadiq di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk melatih diri dalam mengutamakan orang lain. Kita bisa mulai dengan:
- Memberikan makanan berbuka puasa kepada orang yang membutuhkan.
- Menyisihkan sebagian rezeki untuk sedekah, terutama bagi fakir miskin.
- Menahan ego dan lebih peduli terhadap perasaan serta kebutuhan orang lain.
- Mempraktikkan itsar dalam kehidupan sehari-hari, seperti mendahulukan orang lain dalam antrean atau berbagi makanan dengan teman.
Dengan meneladani Imam Ja’far Ash-Shadiq, kita bisa menjadi pribadi yang lebih peduli, dermawan, dan penuh kasih sayang kepada sesama.
Kesimpulan
Imam Ja’far Ash-Shadiq adalah salah satu ulama besar yang memiliki sifat dermawan dan selalu mengutamakan kepentingan orang lain. Sikapnya yang penuh pengorbanan menunjukkan betapa tinggi akhlaknya dan betapa kuat imannya kepada Allah SWT.
Di bulan Ramadhan ini, mari kita meneladani sikap itsar yang dimiliki oleh Imam Ja’far dengan lebih banyak berbagi dan membantu sesama. Dengan begitu, kita tidak hanya mendapatkan pahala yang besar, tetapi juga meraih keberkahan hidup serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berbuat baik dan mengutamakan kepentingan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Jadikan Ramadhan Sebagai Momentum untuk Lebih Peduli dan Dermawan!