Heboh Serangan Siber Tiongkok: Ribuan Data Penting AS Dibobol, Sanksi Langsung Dijatuhkan!

Hacker (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Washington, WISATA – Amerika Serikat kembali diguncang oleh serangan siber besar-besaran yang diduga dilakukan kelompok peretas asal Tiongkok. Serangan ini tidak main-main, karena berhasil menembus jaringan Departemen Keuangan AS dan mencuri ribuan dokumen penting. Menanggapi insiden ini, pemerintah AS langsung menjatuhkan sanksi kepada sebuah perusahaan keamanan siber asal Tiongkok, Sichuan Juxinhe Network Technology Co., LTD., dan seorang aktor siber bernama Yin Kecheng.

Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, Menjawab Ancaman Siber dan Tantangan Teknologi Modern

“Kelompok peretas yang terhubung dengan pemerintah Tiongkok terus menargetkan sistem pemerintahan dan infrastruktur penting AS,” ujar pihak Departemen Keuangan AS dalam siaran persnya.

Peretasan Canggih yang Mengejutkan Dunia

Memahami, Bagaimana AI Merevolusi Hidup Kita dari Asisten Rumah Tangga Digital hingga Penyelamat Nyawa

Serangan yang dilakukan oleh kelompok peretas bernama Salt Typhoon ini menjadi perhatian dunia. Mereka menggunakan celah keamanan pada layanan Remote Support SaaS milik BeyondTrust untuk membobol sistem Departemen Keuangan. Hasilnya, lebih dari 3.000 file rahasia berhasil dicuri, termasuk dokumen kebijakan, data perjalanan pejabat, hingga informasi investigasi sensitif.

Menurut laporan Bloomberg, kelompok ini bahkan mendapatkan akses tak sah ke komputer milik pejabat tinggi AS, termasuk Sekretaris Departemen Keuangan Janet Yellen dan Wakil Sekretaris Adewale Adeyemo. Data yang dicuri mencakup dokumen soal sanksi, investasi asing, dan investigasi penting lainnya.

Bagaimana AI dan Teknologi Kuantum Bisa Mengubah Wajah Pertahanan Global, dan Memulai Perang Dunia Baru

Siapa Dalang di Balik Serangan Ini?

Pemerintah AS menyebutkan nama Yin Kecheng sebagai salah satu aktor utama di balik serangan ini. Ia diyakini sudah lebih dari satu dekade bekerja sebagai peretas profesional yang berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Negara (MSS) Tiongkok.

Selain itu, perusahaan keamanan siber Sichuan Juxinhe juga dituding terlibat dalam serangkaian serangan siber yang menargetkan penyedia layanan telekomunikasi dan internet di Amerika. Perusahaan ini disebut memiliki hubungan erat dengan MSS dan telah aktif sejak 2019.

Kelompok peretas Salt Typhoon sendiri dikenal sebagai ancaman besar di dunia maya. Mereka sebelumnya terlibat dalam eksploitasi kerentanan besar di Microsoft Exchange Server yang dikenal sebagai ProxyLogon pada 2021. Serangan ini menunjukkan betapa canggihnya strategi yang digunakan kelompok ini.

Sanksi Tegas dari Pemerintah AS

Pemerintah AS tidak tinggal diam. Selain menjatuhkan sanksi, Departemen Keuangan juga memperingatkan bahwa mereka akan terus mengejar aktor-aktor siber yang membahayakan keamanan negara.

“Serangan ini tidak hanya merugikan Amerika Serikat, tetapi juga rakyatnya. Kami akan memastikan bahwa pelaku kejahatan siber bertanggung jawab atas tindakan mereka,” ujar Adewale Adeyemo, Wakil Sekretaris Departemen Keuangan.

Sebagai langkah tambahan, Komisi Komunikasi Federal (FCC) juga memperketat aturan untuk perusahaan telekomunikasi. Kini, semua penyedia layanan komunikasi diwajibkan memiliki rencana manajemen risiko siber yang harus dilaporkan setiap tahun ke FCC.

Ancaman Siber yang Semakin Mengerikan

Menurut Direktur Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA), Jen Easterly, serangan siber dari Tiongkok adalah ancaman terbesar bagi keamanan siber nasional AS. Kelompok peretas Salt Typhoon diketahui telah membobol jaringan perusahaan besar seperti AT&T, T-Mobile, dan Verizon sebelum akhirnya menyerang sistem federal.

"Program siber Tiongkok yang canggih dan didukung oleh pemerintahnya adalah ancaman serius bagi infrastruktur penting AS," ungkap Easterly.

Apa Artinya Bagi Masa Depan Keamanan Siber?

Insiden ini menyadarkan banyak pihak tentang betapa pentingnya memperkuat pertahanan siber. Di era digital ini, serangan siber tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga membahayakan data pribadi dan keamanan negara.

Langkah pemerintah AS yang memberikan sanksi kepada perusahaan dan individu yang terlibat adalah upaya nyata untuk memberikan efek jera. Namun, tanpa kerja sama internasional, ancaman serupa akan terus terjadi di masa depan.

Sanksi dan Hadiah untuk Informasi Penting

Sebagai bagian dari langkah pencegahan, Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah hingga 10 juta dolar AS untuk informasi yang dapat mengungkap pelaku atau kelompok peretas yang bekerja atas nama pemerintah asing. Program ini diharapkan dapat mendorong masyarakat internasional untuk membantu melawan ancaman siber lintas negara.

Waspada dan Bersiap!

Serangan siber dari Salt Typhoon ini adalah pengingat bahwa ancaman digital nyata dan bisa terjadi kapan saja. Tidak hanya Amerika Serikat, tetapi negara-negara lain juga harus waspada terhadap potensi serangan siber di masa depan.

Kerja sama internasional, regulasi yang lebih ketat, dan teknologi pertahanan yang lebih canggih adalah kunci untuk menghadapi ancaman ini. AS telah mengambil langkah besar dengan menjatuhkan sanksi, tetapi perjalanan untuk menciptakan dunia digital yang lebih aman masih panjang.