Presfektif Implementasi AI untuk Mewujudkan Visi Asta Cita, Wawancara Eksklusif dengan Dr. Adhiguna Mahendra
- Handoko/Istimewa
Artikel ini ditulis sebagai hasil wawancara eksklusif antara penulis dan Dr. Adhiguna Mahendra, M.Sc, M.Eng, seorang pakar Artificial Intelligence (AI) di Indonesia yang juga merupakan staf pengajar di Swiss German University serta Instruktur Utama AI SmartX Academy. Ini adalah artikel keenam dan terakhir dari enam seri artikel yang membahas peran AI dalam mendukung Visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. Artikel ini menyoroti langkah-langkah strategis, tantangan, serta pentingnya pengelolaan teknologi AI yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual dan budaya bangsa.
Jakarta, WISATA - Implementasi AI di Indonesia merupakan salah satu upaya strategis untuk mempercepat transformasi nasional secara menyeluruh. Visi Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto mencakup delapan tujuan besar, mulai dari penguatan ideologi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), hingga kemandirian bangsa di berbagai sektor.
Menurut Dr. Adhiguna, AI dapat menjadi penggerak utama untuk mewujudkan visi ini. “AI tidak hanya sekadar teknologi, tetapi sebuah ekosistem yang dapat memengaruhi setiap aspek kehidupan. Dengan AI, kita dapat mempercepat transformasi di sektor pendidikan, energi, pangan, pertahanan, dan masih banyak lagi,” ungkapnya.
Transformasi nasional yang dimaksud tidak hanya soal adopsi teknologi canggih, tetapi juga tentang bagaimana teknologi tersebut dapat menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Langkah Strategis dalam Implementasi AI
1. Membangun Infrastruktur Digital yang Kokoh
Salah satu langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperkuat infrastruktur digital. Indonesia memerlukan jaringan internet yang stabil dan mencakup seluruh wilayah, termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). “Tanpa infrastruktur yang memadai, implementasi AI akan sulit dijalankan secara optimal,” kata Dr. Adhiguna.
Pusat data nasional dan akses ke teknologi komputasi awan juga menjadi komponen kunci. Infrastruktur ini memungkinkan pengelolaan data yang lebih efisien dan mendukung pengembangan aplikasi berbasis AI di berbagai sektor.
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Teknologi AI membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus. Oleh karena itu, program pelatihan dan pendidikan di bidang AI harus menjadi prioritas. “Kita memerlukan SDM yang tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga mampu mengembangkan dan mengelolanya dengan baik,” jelas Dr. Adhiguna.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk menciptakan kurikulum berbasis AI di tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Selain itu, pelatihan bagi pekerja profesional juga perlu dilakukan untuk mempercepat penguasaan teknologi ini di dunia kerja.
3. Membangun Ekosistem Kolaboratif
Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan implementasi AI. Pemerintah, industri, dan akademisi harus bekerja bersama untuk merumuskan kebijakan, mengembangkan teknologi, dan memastikan penerapannya berjalan dengan baik. “Kerja sama ini tidak hanya mempercepat transformasi digital tetapi juga menciptakan ekosistem AI yang sehat dan berkelanjutan,” tambahnya.
Tantangan dalam Implementasi AI di Indonesia
Meskipun potensinya besar, implementasi AI di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan.
Kesenjangan Digital
Salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan digital. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), lebih dari 30 juta orang di Indonesia masih belum memiliki akses internet. Hal ini menjadi hambatan utama dalam memastikan bahwa manfaat teknologi AI dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
“Jika kita ingin teknologi ini inklusif, pemerintah harus mempercepat pembangunan infrastruktur digital, khususnya di wilayah 3T,” ujar Dr. Adhiguna.
Literasi Teknologi yang Rendah
Tantangan lain adalah rendahnya literasi teknologi di kalangan masyarakat. Banyak orang belum memahami apa itu AI dan bagaimana teknologi ini dapat mendukung kehidupan mereka. Program literasi digital yang masif diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang manfaat AI.
Isu Etika dan Keamanan
Dr. Adhiguna juga menyoroti pentingnya pengelolaan etika dalam implementasi AI. “AI adalah alat yang sangat kuat, tetapi jika tidak diatur dengan baik, ia dapat menimbulkan masalah seperti pelanggaran privasi, diskriminasi, atau penyalahgunaan data,” katanya. Regulasi yang jelas dan kerangka kerja etika yang kuat diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk kebaikan bersama.
Data dan Fakta Real-Time tentang Implementasi AI
Indonesia telah mulai menerapkan AI di berbagai sektor dengan hasil yang signifikan. Di bidang pertanian, teknologi precision farming berbasis AI telah meningkatkan produktivitas hingga 20% di beberapa wilayah seperti Jawa Barat dan Sulawesi Selatan, menurut data Kementerian Pertanian.
Di sektor energi, PLN melaporkan bahwa penggunaan AI untuk memantau jaringan listrik telah mengurangi waktu pemadaman rata-rata dari 300 menit per tahun menjadi 210 menit per tahun. Sementara itu, di sektor keamanan nasional, drone berbasis AI yang dikembangkan untuk pengawasan wilayah perbatasan telah mengurangi pelanggaran wilayah udara hingga 15% dalam dua tahun terakhir, menurut Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Namun, data dari World Bank menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur digital di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah meluncurkan Program Merdeka Sinyal yang bertujuan untuk menyediakan akses internet di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2025.
Menjaga Nilai dan Etika dalam Implementasi AI
Dr. Adhiguna menekankan bahwa riset dan penerapan AI harus selalu berlandaskan nilai-nilai spiritual dan budaya bangsa. “Teknologi ini sangat kuat, tetapi kita harus memastikan bahwa penggunaannya tidak merusak nilai-nilai luhur yang kita junjung tinggi,” ujarnya.
Sebagai contoh, penggunaan AI dalam pengawasan publik harus menghormati privasi individu, sementara data yang digunakan harus dilindungi dengan standar keamanan yang tinggi untuk mencegah penyalahgunaan. “AI adalah alat untuk memperkuat bangsa, bukan untuk menggerus jati diri kita,” tambahnya.
Melalui enam artikel yang telah diterbitkan, kami telah mengeksplorasi berbagai aspek penerapan AI di Indonesia, mulai dari ketahanan pangan, energi, hingga keamanan nasional. Dalam setiap pembahasan, satu pesan yang selalu ditekankan adalah pentingnya pengelolaan teknologi ini dengan etika yang kuat dan berlandaskan nilai-nilai bangsa.
“AI adalah teknologi yang sangat potensial untuk membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Namun, keberhasilan penerapannya bergantung pada bagaimana kita mengelolanya dengan bijak dan bertanggung jawab,” tutup Dr. Adhiguna.
Transformasi digital adalah peluang besar untuk menciptakan Indonesia yang lebih maju, mandiri, dan berdaulat. Dengan komitmen bersama, visi Asta Cita dapat terwujud, menjadikan Indonesia sebagai pemimpin teknologi di kawasan.