Asta Cita dan Transformasi Digital, Jalan Menuju Indonesia Maju, Wawancara Eksklusif dengan Dr. Adhiguna Mahendra
- Handoko/Istimewa
Jakarta, WISATA - Artikel ini ditulis sebagai hasil wawancara eksklusif dengan Dr. Adhiguna Mahendra, M.Sc, M.Eng, seorang pakar Artificial Intelligence (AI) terkemuka di Indonesia, yang juga merupakan staf pengajar di Swiss German University dan Instruktur Utama AI SmartX Academy. Dalam wawancara ini, Dr. Adhiguna berbagi pandangan mendalam tentang bagaimana transformasi digital dapat menjadi kunci utama untuk mewujudkan visi besar Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Hasil wawancara akan disampaikan secara bersambung dalam beberapa tulisan.
Menurut Dr. Adhiguna, Asta Cita bukan sekadar rencana strategis, tetapi sebuah peta jalan untuk membawa Indonesia menuju kemajuan, kemandirian, dan kedaulatan. “Visi ini mencakup delapan tujuan besar yang meliputi penguatan ideologi, pembangunan sumber daya manusia, keberlanjutan lingkungan, hingga kemandirian bangsa. Namun, untuk mencapainya, kita membutuhkan transformasi digital yang tidak hanya menyentuh teknologi, tetapi juga menyentuh nilai-nilai dasar bangsa,” ungkapnya.
Transformasi digital, tambahnya, adalah jalan yang harus diambil untuk menjawab tantangan besar seperti ketimpangan infrastruktur, pengangguran, dan rendahnya akses pendidikan di daerah terpencil. “Infrastruktur digital yang kuat adalah fondasi untuk memastikan bahwa transformasi ini dapat menjangkau semua lapisan masyarakat, termasuk di wilayah tertinggal,” tegasnya.
Transformasi Digital: Menggerakkan Pencapaian Asta Cita
Transformasi digital memiliki peran krusial dalam mempercepat pencapaian berbagai aspek Asta Cita. Dr. Adhiguna menyoroti bagaimana teknologi seperti AI, Internet of Things (IoT), dan Digital Twin dapat mengubah cara berbagai sektor bekerja.
Salah satu aspek yang dibahas adalah penguatan ideologi Pancasila. Dr. Adhiguna menjelaskan bahwa AI dapat digunakan untuk memonitor opini publik di media sosial secara real-time, menggunakan teknologi seperti Knowledge Graph dan Natural Language Processing (NLP). “Dengan teknologi ini, kita dapat mendeteksi narasi yang berpotensi merusak harmoni sosial, sehingga langkah mitigasi dapat dilakukan lebih cepat,” jelasnya.
Selain itu, teknologi juga dapat mendukung ketahanan nasional. AI mampu menganalisis kebutuhan energi berdasarkan data spasial, sementara IoT dapat memantau distribusi pangan secara real-time untuk mengurangi risiko kelangkaan. “Di sektor pertahanan, teknologi drone berbasis swarm dengan dukungan Computer Vision memungkinkan pengawasan yang efisien tanpa memerlukan operator manusia,” tambahnya.
Pendidikan dan Pembangunan SDM di Era Digital
Dr. Adhiguna menggarisbawahi pentingnya pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) dalam visi Asta Cita. Menurutnya, teknologi memiliki potensi besar untuk merevolusi sektor pendidikan. “AI memungkinkan personalisasi pembelajaran, di mana setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya. Ini adalah peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” ujarnya.
Ia juga menyoroti peran Generative AI dalam menciptakan materi pembelajaran yang interaktif dan menarik. Platform pembelajaran berbasis AI dapat menjembatani kesenjangan pendidikan, terutama di daerah terpencil yang memiliki akses terbatas ke sumber daya pendidikan.
Di sektor tenaga kerja, AI dapat digunakan untuk memetakan kebutuhan industri secara real-time. Teknologi ini memungkinkan penciptaan lapangan kerja berkualitas dengan mencocokkan kebutuhan pasar dengan kompetensi tenaga kerja yang ada. “Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa SDM kita siap menghadapi tantangan era digital,” katanya.
Menjaga Etika dan Nilai-Nilai Bangsa dalam Teknologi
Meskipun teknologi menawarkan berbagai peluang, Dr. Adhiguna menekankan pentingnya menjaga etika dalam pengembangannya. “Teknologi, terutama AI, harus digunakan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan memperkuat jati diri bangsa. Jika tidak dikelola dengan baik, teknologi ini bisa menciptakan tatanan moral baru yang menggerus nilai-nilai spiritual dan budaya kita,” tegasnya.
Ia mencontohkan bagaimana Generative AI dapat digunakan untuk melestarikan budaya lokal dengan menciptakan materi edukasi tentang tradisi dan bahasa daerah. “Teknologi harus menjadi alat untuk melestarikan budaya, bukan menghapusnya,” tambahnya.
Regulasi yang jelas dan tata kelola yang baik sangat diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi tidak disalahgunakan. Dr. Adhiguna mengingatkan bahwa setiap inovasi teknologi harus berlandaskan pada nilai-nilai spiritual dan etika yang menjadi dasar jati diri bangsa Indonesia.
Data dan Fakta: Transformasi Digital di Indonesia
Kemajuan transformasi digital di Indonesia sudah mulai terlihat, meskipun masih banyak tantangan yang harus diatasi. Berdasarkan laporan terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024, 82% populasi Indonesia telah terhubung ke internet. Program Satu Data Indonesia dan OneMap Nusantara juga telah mengintegrasikan lebih dari 60% data pemerintah, memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan berbasis data.
Namun, kesenjangan digital di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) masih menjadi tantangan besar. “Jika kita ingin transformasi digital yang inklusif, maka daerah-daerah ini harus menjadi prioritas utama,” kata Dr. Adhiguna.
Teknologi untuk Kesejahteraan Bangsa
Visi besar Asta Cita adalah sebuah impian yang memerlukan kerja keras, kolaborasi, dan pemanfaatan teknologi yang cermat. Mengutip sastrawan besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer "Jika Engkau Tidak Berani Bermimpi, Maka Hidupmu Hanya Akan Berjalan Tanpa Arah". Transformasi digital, terutama melalui AI, adalah alat yang dapat mempercepat pencapaian visi ini. Namun, seperti yang diingatkan oleh Dr. Adhiguna, teknologi harus dikelola dengan hati-hati dan berlandaskan pada nilai-nilai bangsa.
“Teknologi bukan hanya alat, tetapi juga tanggung jawab. Kita memiliki peluang besar untuk menciptakan Indonesia yang lebih maju, inklusif, dan berdaulat, tetapi semua itu harus dilakukan dengan cara yang menghormati jati diri dan nilai-nilai spiritual bangsa,” tutupnya.