Begini Cara China dan Amerika Serikat Lindungi Negara dari Ancaman Serangan Cyber

Cybersecurity
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Di era digital saat ini, ancaman serangan siber bukan lagi hal yang bisa diabaikan. Dua negara adidaya, Amerika Serikat dan China, telah memimpin dunia dalam hal pengembangan sistem pertahanan siber yang kuat. Serangan siber yang meningkat secara global telah membuat kedua negara ini berlomba-lomba untuk melindungi keamanan nasional mereka dengan menginvestasikan miliaran dolar dalam infrastruktur, teknologi, dan sumber daya manusia. Artikel ini akan mengulas bagaimana Amerika Serikat dan China mempertahankan diri mereka dari ancaman digital dan teknologi yang digunakan untuk melindungi data dan informasi sensitif mereka.

Trump Umumkan Elon Musk dan Vivek Ramaswamy Pimpin 'Proyek Manhattan' Baru untuk Reformasi Birokrasi

Amerika Serikat: Teknologi Canggih dan Kolaborasi Multi-sektor

Amerika Serikat telah lama dikenal sebagai pemimpin global dalam hal keamanan siber, dengan berbagai lembaga seperti National Security Agency (NSA) dan Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) yang memiliki peran utama dalam menjaga keamanan digital negara ini. Melalui pengawasan intensif, deteksi dini, serta tindakan penegakan hukum yang ketat, AS berfokus pada perlindungan data dalam berbagai sektor krusial, termasuk keuangan, kesehatan, hingga militer.

Dunia Menyikapi Hacker dengan Cara Berbeda: Dari Hukuman Berat hingga Penghargaan, Indonesia ?

Amerika Serikat menggunakan teknologi terbaru seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning) untuk mendeteksi serangan siber lebih awal dan secara otomatis mengambil tindakan pencegahan. Investasi pemerintah dalam proyek seperti National Cybersecurity Protection System atau dikenal dengan nama "EINSTEIN" telah berhasil memantau ancaman siber dengan menggunakan data secara real-time untuk memblokir serangan yang masuk.

Selain itu, AS sangat mengutamakan kerjasama dengan sektor swasta. Misalnya, Microsoft, Google, dan Amazon sering kali berkolaborasi dengan pemerintah untuk membantu meningkatkan keamanan siber nasional. Program-program seperti CyberCorps Scholarship for Service (SFS) dirancang untuk melatih para profesional siber dan menciptakan lebih banyak tenaga ahli dalam bidang keamanan digital.

Negara-Negara dengan Jumlah Hacker Terbanyak di Dunia: Apakah Indonesia Masuk Daftar?

China: Sistem Firewall dan Pengawasan Ketat

China, di sisi lain, terkenal dengan pendekatan ketatnya dalam mengamankan jaringan domestik dari ancaman luar. Great Firewall of China adalah langkah besar yang diambil pemerintah Tiongkok untuk mengontrol lalu lintas data internet dan mencegah akses dari sumber yang berpotensi berbahaya. Dengan menerapkan sistem enkripsi canggih, pemerintah China dapat memantau dan menyaring informasi yang masuk dan keluar dari jaringan domestik.

Selain Great Firewall, China juga memiliki unit khusus di dalam militer mereka yang dikenal sebagai Unit 61398. Unit ini bertugas melindungi keamanan digital negara dari ancaman siber internasional dan menjaga integritas data yang berada di lingkungan domestik. Mereka menggunakan metode enkripsi lanjutan dan analisis data untuk melacak aktivitas mencurigakan serta memastikan keamanan informasi militer dan pemerintahan.

China juga berinvestasi besar-besaran dalam kecerdasan buatan yang diterapkan dalam pengawasan cyber. Misalnya, dengan menggunakan teknologi pengenalan wajah, pemerintah dapat memonitor aktivitas online warganya dan mengidentifikasi ancaman potensial.

Siapa yang Lebih Unggul?

Dalam hal keamanan siber, baik AS maupun China memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. AS dikenal lebih maju dalam hal teknologi inovatif dan bekerja sama dengan sektor swasta, sementara China unggul dalam hal kontrol dan pengawasan ketat. Persaingan keduanya dalam melindungi data negara mencerminkan betapa pentingnya keamanan siber dalam menjaga stabilitas nasional.