Rahasia di Balik Kekuatan Siber China: Strategi Pertahanan Terhadap Ancaman Dunia Maya

Cybersecurity (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Keamanan siber menjadi salah satu isu paling vital bagi negara-negara di seluruh dunia. Di tengah meningkatnya serangan cyber internasional, China telah menempatkan dirinya sebagai salah satu negara dengan sistem pertahanan siber paling kompleks dan kuat. Dengan infrastruktur internet terbesar di dunia, serta kebijakan dan teknologi yang terus berkembang, bagaimana sebenarnya China melindungi negaranya dari ancaman cyber yang semakin canggih?

Inilah Daftar Kelompok Hacker Paling Berbahaya di Dunia, Beserta Pola Serangannya

Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana China membangun pertahanan sibernya yang tangguh, strategi yang digunakan untuk menghadapi serangan dari luar negeri, serta inovasi yang menjadikan negara ini salah satu yang paling maju dalam dunia keamanan siber.

Great Firewall: Tembok Penghalang dari Dunia Luar

APJII: Memacu Pertumbuhan Ekosistem Data Center Nasional untuk Masa Depan Digital

Tidak dapat disangkal bahwa salah satu kebijakan paling kontroversial, namun sangat efektif dari China dalam melindungi keamanan sibernya adalah Great Firewall. Sistem ini berfungsi seperti tembok penghalang yang memblokir akses ke situs web dan layanan asing yang dianggap berpotensi mengancam keamanan nasional. Misalnya, platform seperti Google, Facebook, dan Twitter diblokir di China dan digantikan oleh platform domestik seperti Baidu, WeChat, dan Alibaba.

Dengan mengontrol lalu lintas internet yang masuk dan keluar dari negaranya, China dapat memantau aktivitas siber yang mencurigakan sekaligus mencegah serangan cyber dari luar negeri. Freedom House, dalam laporannya, menyebut China sebagai negara dengan kebijakan internet paling ketat di dunia.

Autentikasi Dua Faktor (2FA): Solusi Sederhana untuk Menangkal Serangan Hacker

Teknologi Enkripsi Kuantum: Langkah Besar Menuju Keamanan Absolut

Salah satu inovasi paling signifikan yang dikembangkan oleh China untuk memperkuat pertahanan sibernya adalah Quantum Cryptography atau enkripsi kuantum. Teknologi ini dianggap sebagai masa depan keamanan data karena sulit bahkan mustahil untuk diretas. Pada tahun 2017, China meluncurkan satelit Micius, yang merupakan satelit enkripsi kuantum pertama di dunia. Satelit ini memungkinkan China untuk mengirim kunci enkripsi melalui partikel cahaya, yang secara teoritis tidak dapat diretas tanpa meninggalkan jejak.

Inovasi ini menempatkan China sebagai pelopor dalam perlombaan global menuju keamanan siber yang lebih kuat. Negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, juga mulai berinvestasi dalam teknologi enkripsi kuantum, namun China tetap berada di garis depan.

Serangan Siber Internasional: Ancaman yang Terus Mengintai

China tidak hanya fokus pada pertahanan siber, tetapi juga terlibat dalam serangan siber internasional. Menurut laporan dari FireEye, China diduga memiliki beberapa kelompok hacker yang didukung oleh negara, yang sering kali dituduh melakukan operasi siber di luar negeri untuk tujuan spionase ekonomi dan politik.

Salah satu kelompok yang paling terkenal adalah APT41, yang diyakini oleh para peneliti keamanan siber sebagai aktor yang berafiliasi dengan pemerintah China. APT41 dituduh melakukan serangan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi di Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa.