Indonesia Targetkan Digitalisasi dan Pengembangan SDM untuk Dukung Ekonomi Digital di Masa Depan
- Kemenko Perekonomian
Jakarta, WISATA – Di tengah ketidakpastian geopolitik yang melanda dunia, Pemerintah Indonesia terus berusaha untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dengan mengoptimalkan berbagai mesin pertumbuhan, termasuk hilirisasi. Dalam hal ini, hilirisasi nikel telah memberikan kontribusi signifikan dengan pencapaian ekspor sebesar lebih dari USD 30 miliar pada tahun 2023. Namun, untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi di masa depan, Pemerintah menilai perlunya mesin pertumbuhan ekonomi baru melalui digitalisasi.
Potensi Ekonomi Digital Indonesia
Ekonomi digital Indonesia saat ini mencapai USD 80 miliar dan diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk mendukung pertumbuhan ini. Dalam sebuah pertemuan pagi dengan Chairperson Of Tsinghua University People’s Republic of China, Prof. Qiu Yong, pada Sabtu (2/08), Menko Airlangga menjelaskan kebutuhan mendesak akan SDM terampil dalam bidang teknologi.
“Untuk menghadapi tantangan di era digital, kita perlu memperkuat kualitas SDM. Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa Indonesia untuk mendapatkan kesempatan belajar di institusi terkemuka seperti Tsinghua University, khususnya di tengah tantangan geopolitik dan perkembangan Artificial Intelligence (AI) yang pesat,” ujar Menko Airlangga.
Visi 2045: Menjadi Negara Maju
Menko Airlangga juga menyampaikan ambisi Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Saat itu, Indonesia diperkirakan akan memiliki sekitar 320 juta penduduk dengan pendapatan per kapita mencapai USD 26.000, menjadikan total ekonomi negara ini mencapai sekitar USD 9 triliun. Untuk mewujudkan visi ini, pemerintah berencana meningkatkan kualitas pusat pendidikan, terutama dalam bidang inovasi dan teknologi melalui kerjasama dengan Tsinghua University.
Saat ini, kuota kesempatan belajar di Tsinghua University bagi mahasiswa Indonesia hanya 50 orang. Menko Airlangga menyarankan perlunya penambahan kuota tersebut untuk memastikan program ini lebih inklusif. Dengan proyeksi bonus demografi dalam beberapa tahun ke depan, peningkatan jumlah mahasiswa yang belajar di luar negeri akan sangat berharga.