Kemenkes: Kasus Bakteri Pemakan Daging di Jepang Belum Ada di Indonesia
- IG/dr_eillyze
Jakarta, WISATA – Disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, bahwa dipastikan kasus bakteri 'pemakan daging' seperti yang sedang marak di Jepang belum ditemukan di Indonesia.
Bakteri tersebut merupakan jenis infeksi yang disebabkan bakteri Streptococcus Grup A, yang dapat ditemukan di bagian mulut dan usus manusia serta hewan. Menurut Nadia, kasus ini memang sudah ada di Jepang sebelumnya tetapi meningkat pada tahun ini. Meski begitu, Jepang tidak menerapkan situasi darurat terkait penyakit tersebut. Nadia juga mengimbau masyarakat agar tidak khawatir menanggapi penyakit yang sedang mewabah di Jepang itu.
"Ini sebenarnya seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) yang umumnya terjadi, namun, ini bisa fatal pada orang tertentu seperti lansia atau orang dengan kelainan imunitas." ujar Nadia.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan terjadi 977 kasus SSTS hingga 2 Juni 2024. Jumlah ini melampaui angka tahun sebelumnya sebanyak 941 kasus. Selain itu juga dilaporkan 77 orang meninggal dunia di Jepang akibat penyakit ini. Jumlah tersebut terhitung selama periode Januari hingga Maret 2024.
Wabah bakteri ‘pemakan daging’ atau Necrotizing fasciitis sedang merebak di Jepang. Lebih dari 1.000 kasus dilaporkan terjadi selama 6 bulan pertama di tahun 2024. Necrotizing fasciitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan yang menutupi otot dalam waktu sangat singkat. Gejala awal meliputi demam, menggigil, nyeri otot, dan mual. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian dalam hitungan hari setelah gejala muncul. Jika Anda berada di Jepang, penting untuk memahami gejala dan mengambil tindakan pencegahan.
Beberapa langkah pencegahan yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko infeksi Necrotizing fasciitis meliputi:
- Jaga Kebersihan Kulit: Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. Bersihkan luka atau goresan dengan benar dan hindari kontak dengan air yang terkontaminasi.
- Perhatikan Luka: Jika Anda memiliki luka terbuka, luka sayatan, atau luka bakar, rawat dengan baik. Tutup luka dengan perban steril dan ganti secara teratur.
- Pantau Gejala: Jika Anda mengalami demam, nyeri hebat, kemerahan, atau pembengkakan di area luka, segera konsultasikan dengan dokter.
- Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh: Pola makan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Ingatlah bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Tetap waspada dan jaga kesehatan Anda!
Sumber: rri.co.id