JOMO dan Ketenangan Batin: Bagaimana Stoikisme dan Etnaprana Membantu Kita Mengurangi Kecemasan

Seseorang Menikmati JOMO, Retret Meditasi di Ubud Bali
Sumber :
  • Image Creator bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam era modern yang dipenuhi teknologi, media sosial, dan ekspektasi yang terus meningkat, banyak orang merasa terjebak dalam kecemasan yang mendalam. Fenomena ini kerap dipicu oleh Fear of Missing Out (FOMO), rasa takut ketinggalan sesuatu yang dianggap penting. Namun, semakin banyak orang yang menemukan solusi melalui Joy of Missing Out (JOMO), Stoikisme, dan Etnaprana—sebuah kombinasi yang menawarkan ketenangan batin dan pengurangan stres.

Apa Itu JOMO?

Joy of Missing Out (JOMO) adalah kebalikan dari FOMO. Jika FOMO memicu rasa takut dan kecemasan karena merasa tertinggal, JOMO justru menekankan kebahagiaan dengan menerima bahwa tidak mengikuti semua hal adalah keputusan yang baik. Konsep ini mengajak kita untuk memilih apa yang benar-benar penting, melewatkan hal-hal yang tidak relevan, dan fokus pada kebahagiaan dalam momen-momen sederhana.

Praktik JOMO bisa sesederhana mematikan notifikasi ponsel, mengurangi konsumsi media sosial, atau sekadar menikmati waktu sendiri tanpa gangguan teknologi. Lebih dari sekadar tren, JOMO adalah strategi untuk menciptakan ruang bagi refleksi diri dan ketenangan mental.

Stoikisme: Mengendalikan yang Bisa Dikendalikan

Stoikisme adalah filosofi Yunani kuno yang mengajarkan bahwa kebahagiaan berasal dari pengendalian diri dan penerimaan terhadap hal-hal di luar kendali kita. Prinsip utama Stoikisme adalah fokus pada apa yang bisa kita kendalikan, seperti pikiran, sikap, dan tindakan, serta menerima dengan lapang dada hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Dalam konteks JOMO, Stoikisme membantu kita memahami bahwa tidak semua hal di dunia perlu kita kejar atau ikuti. Filosofi ini mengajarkan bahwa ketenangan batin datang dari kemampuan untuk menolak distraksi dan fokus pada hal-hal yang benar-benar berarti.