Festival Gandrung Sewu: Seribu Penari, Seribu Kisah di Ujung Timur Jawa!
- Kemenparekraf
Banyuwangi, WISATA – Setiap tahun, Banyuwangi menyuguhkan sebuah perayaan budaya yang sangat dinanti: Festival Gandrung Sewu. Festival ini tidak hanya menjadi simbol kekayaan budaya daerah, tetapi juga menyimpan makna filosofis yang dalam tentang kehidupan masyarakat setempat. Dalam gelaran festival ini, ribuan penari berbusana tradisional yang cerah menari di sepanjang pantai, menciptakan suasana yang magis dan tak terlupakan bagi pengunjung.
Festival Gandrung Sewu merupakan representasi dari tarian Gandrung, yang berasal dari penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam kepercayaan masyarakat Jawa. Tarian ini awalnya ditujukan untuk bersyukur atas hasil panen, tetapi seiring berjalannya waktu, ia berevolusi menjadi simbol identitas dan kebersamaan masyarakat Banyuwangi.
Setiap tahun, ribuan penari terlibat dalam festival ini, mengenakan kostum yang mencolok dengan warna merah dan emas, menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Menurut data dari Dinas Pariwisata Banyuwangi, Festival Gandrung Sewu berhasil menarik lebih dari 20.000 pengunjung dari berbagai penjuru, baik lokal maupun internasional.
Filosofi di Balik Gerakan Tarian Gandrung
Setiap gerakan dalam tarian Gandrung sarat dengan makna. Gerakan lembut tangan melambangkan penghormatan, sementara gerakan kaki yang berirama mencerminkan kerja keras. Tarian ini menunjukkan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan.
Sejarah mencatat, pada masa penjajahan, Gandrung tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai simbol perlawanan. Melalui gerakan yang dinamis, tarian ini menyampaikan pesan moral dan semangat kebanggaan sebagai masyarakat lokal.