Filsafat dan Kematian: Mengapa Para Filsuf Mempersiapkan Diri untuk Mati

- Image Creator/Handoko
Merenungkan tentang kematian bukan berarti bersikap pesimis, melainkan berlatih untuk hidup dengan lebih sadar. Ketika kita menyadari bahwa waktu kita terbatas, kita lebih menghargai setiap detik yang berlalu. Kita lebih sabar, lebih bijaksana, dan lebih menghormati hubungan antar manusia.
Filsafat sebagai Jalan Menuju Kedamaian Batin
Dalam kehidupan yang penuh ketidakpastian, filsafat memberikan pegangan. Ia mengajarkan bahwa ada hal-hal yang bisa kita kendalikan (pikiran, tindakan, nilai) dan ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan (usia, penyakit, kematian).
Dengan pemahaman ini, kita bisa menjalani hidup tanpa terlalu gelisah terhadap hal-hal di luar kendali. Kita belajar melepaskan, berdamai, dan akhirnya—mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan tenang, seperti para filsuf sejati.
Kematian Sebagai Bagian dari Filsafat Hidup
Socrates, melalui kutipannya yang menggugah, menantang kita untuk memikirkan ulang posisi kita terhadap kematian. Daripada melihatnya sebagai musuh, kita bisa melihatnya sebagai guru—pengingat bahwa hidup ini adalah anugerah yang singkat, dan karena itu, sangat berharga.
“Orang biasa tampaknya tidak menyadari bahwa mereka yang benar-benar mendalami filsafat dengan cara yang tepat, sesungguhnya sedang mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi kematian secara langsung dan sukarela.”