Ketulusan Dalam Kekaguman: Membaca Makna Mendalam dari Friedrich Nietzsche

- Image Creator Grok/Handoko
“There is an innocence in admiration; it is found in those to whom it has never yet occurred that they, too, might be admired some day.” – Friedrich Nietzsche
Jakarta, WISATA - Dalam kehidupan yang semakin terhubung namun kerap terasa asing, manusia tetap membutuhkan rasa dikagumi dan mengagumi. Dalam sebuah kutipan yang penuh makna, Friedrich Nietzsche mengungkapkan bahwa ada kepolosan dalam rasa kagum—yang hanya ditemukan pada mereka yang belum pernah membayangkan bahwa suatu hari mereka pun bisa dikagumi.
Pernyataan ini menyentuh sisi paling manusiawi dalam diri kita: keinginan untuk menghargai orang lain tanpa pamrih, tanpa niat tersembunyi, tanpa rasa iri, apalagi kompetisi. Kagum, dalam pandangan Nietzsche, bukan sekadar soal pujian, melainkan cerminan ketulusan hati yang belum tercemar oleh ambisi diri.
Artikel ini akan mengupas makna kutipan tersebut dari sudut pandang eksistensial, sosial, dan psikologis, serta bagaimana kita bisa mengembalikan makna sejati dari kekaguman dalam kehidupan sehari-hari.
Kagum: Cerminan Hati yang Tulus
Pada dasarnya, kekaguman adalah bentuk penghargaan yang murni terhadap kelebihan, pencapaian, atau keindahan yang kita lihat dalam diri orang lain. Nietzsche melihat kekaguman sebagai sesuatu yang "lugu", yang hanya bisa muncul dari mereka yang tidak sedang berkompetisi untuk dikagumi.