Aristoteles: Menjadi Pemimpin yang Baik Harus Dimulai dengan Belajar Dipimpin

Aristoteles, Theophrastus dan Straton
Aristoteles, Theophrastus dan Straton
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA — Dalam pusaran sejarah yang sarat tokoh besar dan pemimpin hebat, kutipan bijak Aristoteles ini menggema hingga hari ini: "He who is to be a good ruler must have first been ruled." Kalimat yang sederhana, namun menyimpan makna mendalam tentang proses menjadi seorang pemimpin yang benar dan layak.

Pemikiran Aristoteles ini muncul dari pengamatannya terhadap kehidupan politik di Yunani Kuno. Menurutnya, seseorang tak bisa langsung melompat menjadi pemimpin tanpa pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi rakyat biasa, atau bekerja di bawah arahan orang lain. Tanpa pengalaman itu, seorang pemimpin akan kehilangan empati, lupa cara mendengarkan, dan akhirnya jauh dari realitas masyarakat yang dipimpinnya.

Pemimpin Hebat Tidak Lahir Seketika

Aristoteles meyakini bahwa kepemimpinan sejati hanya bisa tumbuh dari pengalaman. Ia bukan sekadar soal kewenangan, tapi soal tanggung jawab, pengabdian, dan pemahaman terhadap kehidupan orang banyak. Maka, seseorang yang ingin menjadi pemimpin yang adil dan bijak, harus terlebih dahulu merasakan posisi sebagai pihak yang dipimpin.

Pemikiran ini juga mengandung nilai keadilan sosial. Artinya, setiap orang punya peluang untuk menjadi pemimpin, selama ia sudah belajar melalui proses kehidupan yang benar. Aristoteles mengajarkan bahwa pengalaman sebagai bawahan adalah sekolah terbaik bagi seorang pemimpin.

Kesimpulan: Belajar Dipimpin Adalah Pondasi Kepemimpinan

Kutipan Aristoteles “He who is to be a good ruler must have first been ruled” tidak hanya bicara soal struktur kekuasaan, tetapi juga menyentuh inti dari moralitas kepemimpinan. Bahwa seseorang tidak layak memimpin bila belum memahami bagaimana rasanya dipimpin.