Aristoteles: Menjadi Pemimpin yang Baik Harus Dimulai dengan Belajar Dipimpin

- Image Creator/Handoko
Ini bukan hanya soal pengalaman teknis, tetapi tentang membentuk kepribadian, empati, dan tanggung jawab sosial. Pemimpin yang baik bukan yang hanya tahu memerintah, tetapi yang tahu bagaimana mendengar, memahami, dan melayani.
Di masa depan, Indonesia membutuhkan lebih banyak pemimpin yang tumbuh dari bawah—yang mengerti betapa pentingnya mendengarkan sebelum berbicara, melayani sebelum memerintah, dan belajar sebelum memimpin.
Relevansi di Era Modern
Di tengah arus demokrasi modern, kutipan Aristoteles ini menjadi semakin relevan. Banyak pemimpin lahir dari jalur karier yang terstruktur—dimulai dari bawah, naik perlahan melalui proses belajar, bekerja keras, dan mengabdi. Pemimpin seperti ini cenderung lebih memahami dinamika sosial, lebih mudah diajak berdialog, dan tidak memandang rendah rakyatnya.
Namun, tak jarang juga kita melihat pemimpin yang muncul karena popularitas instan atau warisan kekuasaan. Pemimpin yang belum pernah merasakan bagaimana rasanya diperintah, cenderung otoriter, kaku, dan tidak memahami kebutuhan rakyat. Mereka memimpin dari menara gading, bukan dari pemahaman nyata atas persoalan masyarakat.
Pelajaran dari Para Pemimpin Besar
Sejarah mencatat banyak pemimpin hebat yang mengawali karier mereka dari bawah. Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, adalah seorang aktivis yang pernah dipenjara dan diasingkan karena melawan penjajah. Ia bukan hanya pemimpin, tetapi juga pernah menjadi rakyat biasa yang mengalami tekanan dan kesulitan.