Epictetus: Hanya Mereka yang Terdidik yang Benar-Benar Bebas

- Cuplikan layar
“We are not to give credit to the many, who say that none ought to be educated but the free; but rather to the philosophers, who say that the well-educated alone are free.”
— Epictetus
Malang, WISATA - Di tengah masyarakat yang semakin menghargai gelar, kekayaan, dan status sosial, pernyataan Epictetus ini menyentak kesadaran kita akan makna sejati dari kebebasan dan pendidikan. Ia mengajak kita untuk tidak sekadar menerima pandangan umum bahwa hanya mereka yang “bebas” secara hukum atau ekonomi yang pantas mendapatkan pendidikan. Justru, menurut para filsuf seperti Epictetus, hanya mereka yang terdidik dengan baik yang benar-benar bebas.
Pendidikan Bukan Hanya Hak, Tapi Jalan Menuju Kebebasan
Dalam kehidupan modern, pendidikan sering dipandang sebagai hak istimewa, terutama bagi mereka yang mampu secara finansial. Namun, Epictetus justru membalik perspektif ini. Pendidikan yang benar, menurutnya, bukan sekadar hak, tetapi kebutuhan untuk memperoleh kebebasan sejati—yakni kebebasan batin.
Orang bisa saja bebas dari belenggu hukum atau penindasan politik, tetapi tetap menjadi budak bagi hawa nafsu, ketakutan, opini publik, atau dorongan emosi yang tidak terkendali. Pendidikan filosofis, yang mengasah akal budi dan memperdalam pemahaman diri, adalah sarana untuk melepaskan diri dari perbudakan batin tersebut.
Siapa yang Benar-Benar Bebas?
Bayangkan seseorang yang kaya raya namun tidak mampu mengendalikan amarah, rakus, atau ketakutannya. Apakah ia benar-benar bebas? Tidak, kata Epictetus. Kebebasan sejati tidak diukur dari seberapa luas properti yang dimiliki, tetapi dari seberapa besar seseorang mampu mengendalikan dirinya sendiri.