Albert Camus: “People Hasten to Judge in Order Not to Be Judged Themselves” — Refleksi atas Budaya Menghakimi

- Cuplikan layar
Dengan kata lain, dengan menyorot kekurangan orang lain, kita mengalihkan perhatian dari kekurangan kita sendiri.
Budaya yang Mengaburkan Empati
Sayangnya, zaman sekarang membuat kecenderungan ini semakin subur. Media sosial menyediakan panggung luas untuk menghakimi siapa saja. Dalam hitungan detik, seseorang bisa menjadi sasaran cibiran massal hanya karena kesalahan kecil — atau bahkan hanya karena beda pendapat.
Budaya menghakimi ini membunuh empati. Kita lupa bahwa orang yang kita hakimi juga manusia, dengan latar belakang, cerita hidup, dan luka yang tak kita ketahui. Kita berhenti bertanya, dan langsung menyimpulkan.
Camus menyadarkan kita bahwa hasrat untuk menilai adalah bentuk ketakutan. Ketakutan untuk dilihat terlalu dekat, ketakutan untuk terbuka, ketakutan akan kekurangan kita sendiri.
Sisi Psikologis: Melindungi Diri Lewat Penghakiman
Dalam psikologi, fenomena ini dikenal sebagai “proyeksi” — ketika seseorang melemparkan perasaan, ketakutan, atau kelemahannya ke orang lain. Misalnya, seseorang yang merasa tidak aman secara finansial mungkin akan cepat mengkritik gaya hidup orang lain agar tidak terlihat bahwa dirinya sedang kesulitan.