Albert Camus: “Man Is the Only Creature Who Refuses to Be What He Is” — Pemberontakan Abadi dalam Diri Manusia

- Cuplikan layar
Manusia sebagai Makhluk Pemberontak
Dalam The Rebel, Camus menulis bahwa pemberontakan manusia muncul dari kesadaran akan ketidakadilan. Tapi pemberontakan yang ia maksud tidak selalu berbentuk politik atau sosial. Pemberontakan bisa berarti penolakan terhadap absurditas hidup—yakni terus hidup, meski tahu bahwa hidup tidak menawarkan jawaban mutlak.
Ketika manusia menolak menjadi dirinya, itu bisa berarti dua hal: pertama, bahwa manusia merasa belum menemukan hakikat sejatinya; kedua, bahwa manusia memang ditakdirkan untuk terus mencari dan mencipta makna bagi dirinya sendiri. Dan dalam proses itu, manusia tidak hanya menjadi makhluk biologis, tetapi juga makhluk yang spiritual dan eksistensial.
Menerima Ketidakpastian, Menjalani Kehidupan
Camus bukanlah seorang pesimis. Ia justru menunjukkan bahwa dalam absurditas, terdapat kebebasan. Karena dunia tidak menawarkan makna tetap, maka manusia bebas untuk menciptakan maknanya sendiri. Penolakan manusia terhadap “apa adanya” bukan bentuk keputusasaan, tetapi justru bentuk tertinggi dari kebebasan dan kemanusiaan.
Artinya, kita bisa menerima bahwa kita belum tahu siapa diri kita sebenarnya, dan tetap melangkah. Kita bisa sadar bahwa hidup ini penuh paradoks, namun tetap mencintainya. Itulah yang Camus sebut sebagai “pengakuan terhadap absurditas sekaligus penolakan untuk tunduk padanya.”
Kesimpulan: Kemanusiaan dalam Pencarian yang Tak Pernah Selesai