Marcus Aurelius: Kekayaan Sejati Adalah yang Diberikan kepada Orang Lain

Marcus Aurelius
Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA — Dalam dunia yang semakin materialistis, banyak orang mengukur kesuksesan berdasarkan seberapa banyak harta yang dapat mereka kumpulkan. Namun, filsuf Romawi yang juga kaisar, Marcus Aurelius, memberikan perspektif yang sangat berbeda tentang kekayaan. Ia mengatakan, "The only wealth which you will keep forever is the wealth you have given away." atau dalam bahasa Indonesia, "Satu-satunya kekayaan yang akan kamu simpan selamanya adalah kekayaan yang telah kamu berikan kepada orang lain."

Pernyataan ini bukan hanya sekadar pandangan filosofi, tetapi juga sebuah ajakan untuk merenung tentang makna sejati dari kekayaan dan kebahagiaan. Dalam kehidupan yang serba cepat ini, seringkali kita terjebak dalam pengejaran harta dan status sosial yang hanya bersifat sementara. Namun, bagi Marcus Aurelius, kekayaan sejati tidak terletak pada apa yang kita simpan, tetapi pada apa yang kita bagikan kepada orang lain.

Makna Kekayaan dalam Perspektif Marcus Aurelius

Marcus Aurelius, sebagai seorang Stoik, meyakini bahwa kekayaan bukanlah tujuan hidup, melainkan sebuah sarana. Bagi seorang Stoik, kebahagiaan tidak bergantung pada materi, tetapi pada keadaan batin dan moralitas. Dalam pandangan ini, kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan yang memberi manfaat kepada orang lain, bukan yang hanya menguntungkan diri sendiri.

“Marcus Aurelius mengajarkan kita bahwa kekayaan bukanlah apa yang kita simpan dalam rekening atau rumah, tetapi apa yang kita bagi untuk kemaslahatan orang lain,” ujar Dr. Hendra Pratama, seorang ahli filsafat dan dosen Universitas Indonesia. “Kekayaan yang diberikan kepada orang lain, baik dalam bentuk materi, pengetahuan, atau kasih sayang, adalah kekayaan yang tidak akan pernah hilang.”

Pesan Marcus ini sangat relevan di tengah kondisi dunia yang semakin mementingkan materi dan kesuksesan pribadi. Dalam dunia modern, banyak orang berlomba untuk menambah pundi-pundi uang, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sejati seringkali berasal dari memberi dan berbagi dengan orang lain.

Kekayaan yang Berkelanjutan: Manfaat Berbagi

Mungkin sebagian besar dari kita pernah merasa bahwa kekayaan dan harta yang dimiliki akan memberi kebahagiaan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan yang berasal dari materi hanya bersifat sementara. Ketika kita berbagi kekayaan, baik itu berupa uang, waktu, atau perhatian, kita tidak hanya memberi kepada orang lain, tetapi juga memperkaya diri kita sendiri dalam bentuk pengalaman, hubungan, dan kepuasan batin.

"Saat kita memberi kepada orang lain, kita juga memperkaya jiwa kita," kata Ayu Lestari, seorang psikolog yang sering berbicara mengenai kesehatan mental. “Berbagi adalah cara kita menyalurkan rasa empati dan kasih sayang kepada orang lain, yang pada gilirannya memberi dampak positif bagi kesejahteraan kita.”

Penelitian dari Harvard University juga menunjukkan bahwa mereka yang sering memberi, baik melalui donasi maupun tindakan kecil seperti membantu orang lain, memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi dan merasa lebih bahagia. Memberi tidak hanya memperbaiki kehidupan orang lain, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup kita sendiri.

Filosofi Berbagi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Penerapan ajaran Marcus Aurelius tentang berbagi kekayaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Misalnya, kita dapat berbagi pengetahuan dengan orang lain, memberikan waktu kita untuk membantu yang membutuhkan, atau bahkan memberikan sebagian dari pendapatan kita untuk amal.

Di dunia kerja, berbagi tidak selalu berhubungan dengan uang. Memberikan bimbingan atau dukungan kepada rekan kerja yang sedang kesulitan bisa menjadi bentuk kekayaan yang lebih bernilai daripada sekadar penghargaan materi. “Berbagi tidak hanya tentang uang, tetapi juga waktu, perhatian, dan keahlian. Ini adalah investasi yang tidak pernah sia-sia,” tambah Ayu Lestari.

Bagi masyarakat yang memiliki lebih banyak sumber daya, berbagi juga bisa berarti membantu mereka yang kurang beruntung, baik melalui program sosial, pendidikan, maupun kesehatan. Banyak organisasi non-profit yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan memberikan bantuan langsung kepada mereka yang membutuhkan, dan ini merupakan bentuk kekayaan yang akan terus mengalir.

Menerapkan Filosofi Marcus Aurelius di Era Modern

Di era sekarang, di mana konsumerisme dan individualisme sering menjadi nilai dominan dalam masyarakat, ajaran Marcus Aurelius ini dapat menjadi tantangan. Namun, semakin banyak orang yang menyadari bahwa kebahagiaan tidak terletak pada berapa banyak yang kita miliki, tetapi pada seberapa banyak kita memberi.

Generasi muda saat ini mulai melihat pentingnya berbagi sebagai bentuk investasi jangka panjang dalam kebahagiaan dan hubungan sosial,” ujar Rahmat Hidayat, seorang aktivis sosial. “Kami melihat semakin banyak inisiatif sosial dan amal yang dilakukan oleh anak muda, yang memang lebih fokus pada bagaimana memberi daripada sekadar menerima.”

Berbagi juga dapat memperkuat hubungan antar individu dan menciptakan masyarakat yang lebih peduli satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa konsep kekayaan dalam pandangan Marcus Aurelius jauh lebih luas daripada sekadar materi, tetapi lebih kepada dampak positif yang dapat ditinggalkan bagi sesama.

Penutup: Kekayaan yang Tak Pernah Hilang

Pesan Marcus Aurelius tentang kekayaan yang diberikan kepada orang lain mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam kepemilikan duniawi yang sementara. Kekayaan sejati adalah yang kita bagikan, yang terus hidup dalam bentuk dampak positif bagi orang lain. Dalam dunia yang serba cepat ini, mungkin kita perlu mengingat kembali nilai-nilai dasar tentang memberi, berbagi, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Sebagaimana Marcus Aurelius mengingatkan kita, kekayaan yang kita simpan selamanya bukanlah yang kita simpan untuk diri sendiri, tetapi yang kita berikan kepada orang lain. Itulah kekayaan yang tidak akan pernah hilang, karena ia akan terus mengalir melalui tindakan kita yang memberi manfaat bagi orang lain.