Albert Camus: “Orang-Orang Terburu-Buru Menghakimi agar Mereka Sendiri Tak Dihakimi”

Albert Camus, L’Étranger (The Stranger)
Albert Camus, L’Étranger (The Stranger)
Sumber :
  • Cuplikan layar

Di tengah budaya internet, media sosial, dan ruang publik yang serba cepat, sikap ini semakin menguat. Opini dibentuk dalam hitungan detik, tanpa pemahaman utuh. Camus menantang cara berpikir seperti ini. Baginya, keberanian sejati bukan dalam menyalahkan orang lain, tetapi dalam mengakui dan memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu.

Dari L'Étranger hingga Le Mythe de Sisyphe: Panggilan untuk Tidak Munafik

Dalam novel L’Étranger (Orang Asing), Camus menggambarkan tokohnya, Meursault, sebagai sosok yang tak sesuai dengan norma masyarakat. Ia tidak menangis di pemakaman ibunya, tidak berpura-pura berduka, dan jujur hingga dianggap dingin dan tak bermoral. Justru karena kejujurannya itu, ia dihakimi dan dijatuhi hukuman mati.

Pesan dari novel ini jelas: masyarakat lebih mudah menerima kebohongan yang sesuai norma daripada kejujuran yang menyimpang dari kebiasaan. Camus memperlihatkan bagaimana penghakiman sosial seringkali lahir bukan dari moral, tetapi dari ketakutan terhadap kejujuran eksistensial.

Sementara dalam Le Mythe de Sisyphe, ia menggambarkan manusia seperti Sisifus, yang terus-menerus mendorong batu ke puncak gunung hanya untuk melihatnya jatuh kembali. Dalam absurditas hidup ini, Camus mengajak manusia untuk tidak lari dari kenyataan, melainkan menerima hidup apa adanya, tanpa ilusi.

Refleksi Sosial: Kita dan Budaya Penghakiman

Pernyataan Camus ini juga bisa dibaca sebagai kritik terhadap mentalitas masyarakat yang menghindari refleksi diri. Di banyak ruang publik saat ini, terlihat pola pikir biner: benar atau salah, baik atau buruk, tanpa ruang abu-abu. Padahal, kenyataan hidup jauh lebih kompleks.