16 Tahun Bersama Marcus Aurelius: Pelajaran Hidup dari Meditasi Seorang Kaisar Filsuf

Marcus Aurelius
Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Jakarta, WISATA — Enam belas tahun lalu, seorang pemuda berusia 19 tahun secara tidak sengaja membeli buku Meditations karya Marcus Aurelius. Ia belum tahu apa itu Stoisisme. Ia bahkan hanya mengenali nama Marcus dari film Gladiator. Tapi buku itulah yang mengubah hidupnya, mengguncang cara pandangnya terhadap dunia, dan menuntunnya menjadi pembaca setia pemikiran-pemikiran bijak sang kaisar Romawi.

Orang itu adalah Ryan Holiday—penulis bestseller buku The Obstacle is the Way, Ego is the Enemy, dan Discipline is Destiny. Kini, setelah lebih dari 100 kali membaca Meditations dalam berbagai edisi, Holiday meluncurkan edisi premium buku tersebut—sebuah bentuk penghormatan dan refleksi terhadap karya yang telah membentuk jalan hidupnya.

Berikut 16 pelajaran terbesar yang ia petik selama 16 tahun bersama Marcus Aurelius.

1. Karakter Lebih Penting dari Keadaan
Saat pandemi COVID-19, Ryan memahami lebih dalam makna kutipan Marcus: “Hanya jika karaktermu rusak, maka hidupmu bisa rusak.” Dunia bisa mengalami wabah, tapi bahaya sesungguhnya adalah jika itu merusak kemanusiaan dan integritas kita.

2. Rendah Hati dalam Menerima, Ikhlas dalam Melepas
Marcus menulis: “Terima tanpa kesombongan, lepaskan tanpa keterikatan.” Sukses atau gagal, dipuji atau dicemooh, jangan sampai menggoyahkan siapa kita sebenarnya.

3. Filsafat sebagai Obat, Bukan Sekadar Teori
Bagi Marcus, filsafat bukan dosen atau teori kampus, melainkan obat penenang, salep penyembuh. Filsafat ada untuk mengobati penderitaan manusia.

4. Tiga Disiplin Stoik
Gregory Hays, penerjemah favorit Ryan, membagi Stoisisme menjadi tiga: persepsi, tindakan, dan kemauan. Inilah kerangka dasar buku The Obstacle is the Way dan The Daily Stoic.
Lihat kenyataan apa adanya. Lakukan yang bisa dilakukan. Tahan dan terima yang tak bisa diubah.

5. Setiap Orang Butuh Guru
Marcus menulis bahwa kita perlu guru dalam menulis dan hidup. Ryan mencatat “RG” di pinggir bukunya—singkatan dari Robert Greene, mentornya dalam menulis dan kehidupan.

6. Sungai Tak Pernah Sama Dua Kali
Dari Marcus, ia mengenal Heraclitus: “Tak ada manusia yang melangkah ke sungai yang sama dua kali.” Buku Meditations pun selalu memberi makna baru setiap kali dibaca ulang.

7. Memento Mori – Ingat Kematian
Kutipan Marcus “Kau bisa mati kapan saja. Biarkan itu menuntun ucapan dan tindakanmu,” membuat Ryan selalu merenungi kematian setiap harinya—bukan untuk takut, tapi untuk hidup lebih bijak.

8. Buku Bukan Barang Murah
Setelah mencoba versi gratis, Ryan sadar bahwa penerjemahan berkualitas membuat perbedaan besar. Buku bukan pengeluaran, tapi investasi.

9. Pujian Publik Hanyalah “Klakson Lidah”
Marcus menyebut pujian publik sebagai “clacking of tongues.” Ryan menjadikan ini pengingat untuk tidak terbuai oleh sanjungan.

10. Jadilah Petinju, Bukan Pendekar Pedang
Marcus berkata, pelajar adalah petinju: alatnya adalah tubuh dan pikirannya sendiri. Bukan senjata luar, tapi kebijaksanaan dalam diri yang sejati.

11. Filosofi Cocok untuk Peran Apa Pun
Marcus menulis bahwa tak ada peran yang lebih cocok untuk filosofi selain peran yang sedang kamu jalani. Jadi, semua pekerjaan dan posisi adalah lahan untuk kebijaksanaan.

12. Tulisan yang Tidak Pernah Ditujukan untuk Publik
Ta eis heauton—judul asli Meditations berarti Untuk Dirinya Sendiri. Tidak dibuat untuk dibaca orang lain, tapi itulah yang membuatnya otentik dan kuat. Ryan pun menjadikan prinsip ini sebagai dasar tulisannya sendiri.

13. Jangan Terlalu Kaget dengan Orang Menyebalkan
Marcus mengingatkan bahwa dunia tak akan pernah bebas dari orang tidak tahu malu. Jadi ketika bertemu yang demikian, cukup katakan: “Dia bagian dari itu. Lanjutkan hidupmu.”

14. Lihat Dunia Tanpa Ilusi
Marcus meremehkan hal-hal glamor: daging bakar? Hanya bangkai ikan atau burung. Jubah ungu kaisar? Hanya kain berlumur darah kerang. Ryan menerapkan teknik ini untuk melihat realitas di balik “mitos” kekuasaan dan godaan dunia.

15. Balikkan Rintangan Menjadi Jalan
Marcus menyarankan untuk membalik hambatan. Pierre Hadot menyebutnya turning obstacles upside down. Dari sini, Ryan merangkai konsep The Obstacle is the Way—halangan adalah jalan itu sendiri.

16. Waktu Adalah Sungai yang Mengalir
Gregory Hays, dalam wawancaranya bersama Ryan, mengutip bagian favoritnya: “Ingatlah betapa cepat semua ini berlalu. Yang ada sekarang dan yang akan datang semua mengalir seperti sungai. Tak ada yang tetap. Bahkan yang sedang kau lihat.” Inilah kutipan yang terus membekas bagi Ryan hingga kini.

Kini, Ryan Holiday mempersembahkan edisi khusus Meditations hasil kerja sama dengan penerbit terbaik di Inggris, dilengkapi sampul kulit berlapis emas, kertas kualitas tinggi, ilustrasi eksklusif, dan kotak pelindung. Sebuah upaya untuk menjaga isi kebijaksanaan Marcus tetap hidup dan bertahan lintas zaman.

Bagi Ryan, buku ini bukan hanya bacaan—melainkan teman hidup. Dan mungkin, bagi kita semua, Meditations bisa menjadi kompas dalam menghadapi dunia yang tak menentu.

Untuk memiliki edisi eksklusif Meditations, kunjungi dailystoic.com/meditations.