Keahlian Retorika Kaum Sofis: Memenangkan Argumen Tanpa Kebenaran Moral

Tokoh Kaum Sofis Protagoras, Gorgias, dan Hippias
Tokoh Kaum Sofis Protagoras, Gorgias, dan Hippias
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

  • Kebenaran tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan pendapat mayoritas.
  • Sebuah argumen harus memiliki dasar moral yang kuat, bukan hanya terdengar meyakinkan.
  • Tujuan dari diskusi dan debat haruslah pencarian kebijaksanaan, bukan kemenangan semata.

Plato, yang merupakan murid Socrates, kemudian mengembangkan pemikiran ini lebih lanjut dalam bukunya "Republik", di mana ia menegaskan bahwa pemimpin yang ideal adalah mereka yang mencari kebenaran dan kebaikan, bukan mereka yang sekadar pandai berbicara dan membujuk rakyat.

4. Keahlian Retorika dalam Dunia Modern: Antara Persuasi dan Manipulasi

Meskipun kaum Sofis hidup ribuan tahun yang lalu, keahlian retorika mereka masih sangat relevan di dunia modern. Dalam politik, media, dan dunia bisnis, kita masih bisa melihat bagaimana seni berbicara digunakan untuk membentuk opini publik, terkadang tanpa mempertimbangkan kebenaran moral.

Beberapa contoh nyata dari penerapan retorika ala Sofis dalam dunia modern:

  • Politik: Banyak politisi menggunakan retorika untuk membujuk masyarakat agar mendukung kebijakan tertentu, bahkan jika kebijakan tersebut tidak berdasarkan data atau fakta yang jelas.
  • Media: Beberapa media menggunakan teknik framing dan narasi tertentu untuk membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu isu.
  • Pemasaran: Dalam dunia bisnis, strategi iklan sering kali menggunakan permainan kata dan emosi untuk membuat produk terlihat lebih baik daripada yang sebenarnya.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun zaman telah berubah, teknik-teknik yang digunakan oleh kaum Sofis masih tetap digunakan hingga saat ini.