Tips Menabung Haji yang Efisien Menurut Pakar Ekonomi Syariah, Dosen UNAIR Surabaya

Jemaah Haji Gelombang 2 di Bandara Jedah
Sumber :
  • kemenag.go.id

Surabaya, WISATA – Menunaikan ibadah haji adalah salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap Muslim yang mampu, baik secara fisik maupun finansial. Namun, biaya untuk menunaikan ibadah haji tidaklah kecil. Oleh karena itu banyak calon jamaah harus mempersiapkan dana yang cukup besar dalam jangka waktu yang panjang, misalnya melakukan upaya menabung haji.

Dosen Pengajar Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Imron Mawardi SP MSi menyampaikan beberapa pertimbangan penting dalam menabung untuk haji. Menurutnya, yang pertama harus diperhatikan adalah mengetahui berapa lama waktu antrean saat ini.

“Di Jawa Timur, jika mendaftar sekarang, perjalanan haji kemungkinan baru bisa dilakukan 32 tahun kemudian. Meski terlihat lama, calon jamaah berusia 50 tahun ke atas tidak perlu khawatir karena pemerintah memprioritaskan lansia,” jelasnya.

Dalam mempersiapkan tabungan haji, Dr Imron menjelaskan bahwa calon jemaah perlu menghitung biaya yang harus ditanggung, yang saat ini sekitar 56 juta rupiah dari BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji). Total biayanya mencapai sekitar 96 juta rupiah. 

“Calon jemaah harus membayar 60 persen dari biaya tersebut, yaitu sekitar 56 juta rupiah. Ketika mendaftar, dibutuhkan biaya awal 25 juta rupiah sehingga untuk berangkat haji diperlukan tambahan sekitar 31 juta rupiah,” katanya.

Menabung untuk haji dimulai dengan merencanakan kapan bisa mengumpulkan uang 25 juta rupiah untuk pendaftaran. Jika targetnya adalah tiga tahun, maka harus dihitung berapa yang perlu ditabung setiap bulan untuk mencapai 25 juta rupiah dalam tiga tahun.

“Hal ini memerlukan pengaturan konsumsi dan pendapatan. Jika pendapatan bulanan adalah 5 juta rupiah dan ingin menabung 800 ribu rupiah per bulan, maka perlu anggaran konsumsi yang dibatasi,” jelas Imron.