Paulo Freire: Ketika yang Tertindas Berubah Menjadi Penindas

- Cuplikan layar
Proses ini membutuhkan dialog, kesadaran diri, serta keberanian untuk membongkar kebiasaan berpikir yang telah tertanam sejak lama. Guru bukan sekadar pengajar, tetapi pendamping dalam proses kesadaran. Murid bukan hanya penerima ilmu, tetapi subjek aktif yang memahami realitasnya dan merancang masa depan yang lebih adil.
Relevansi di Indonesia
Kutipan Freire sangat relevan dengan realitas pendidikan dan sosial di Indonesia. Banyak anak muda yang berasal dari latar belakang terpinggirkan, ketika berhasil "naik kelas" secara sosial atau ekonomi, justru terjebak dalam pola kekuasaan yang menindas.
Misalnya, siswa yang dulu mengalami sistem belajar yang keras dan penuh hukuman, saat menjadi guru atau pejabat sekolah, cenderung mengulang pola yang sama. Begitu pula pemimpin yang berasal dari kelompok tertindas, ketika memegang kekuasaan, justru menindas kelompok lain demi mempertahankan posisinya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa tanpa kesadaran kritis, pembebasan bisa berubah menjadi dominasi baru.
Jalan Menuju Transformasi Sejati
Transformasi sejati hanya bisa terjadi jika proses pembebasan juga mencakup transformasi kesadaran. Pendidikan harus membantu individu menyadari bahwa kekuasaan bukan untuk menundukkan orang lain, tetapi untuk membangun hubungan yang setara dan bermartabat.