HUT JAKARTA: Transformasi Angkutan Umum di Jakarta, Tempo Doeloe Hingga Kini. (Bagian 1)

Bemo angkutan umum di Jakarta
Sumber :
  • Oleh Bkusmono - Karya sendiri, Domain Publik, https://id.wikipedia.org/w/index.php?curid=201412

Jakarta, WISATA - Di usianya yang hampir 5 abad, kota Jakarta mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kota Jakarta sebagai ibu kota negara, menjadi pusat tujuan banyak orang dari berbagai penjuru tanah air untuk mencari kerja.

Transportasi umum menjadi sangat dibutuhkan di kota Jakarta. Bicara soal transportasi umum, kini kota Jakarta memiliki sistem transportasi yang canggih dan terintegrasi. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dengan dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian BUMN dan Kemenhub, tengah melakukan berbagai integrasi angkutan umum untuk memberi kemudahan mobilitas masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya.

Sekarang, DKI Jakarta memiliki beberapa moda  transportasi umum yang moderen dan canggih yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah sekitarnya, seperti MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Light Rail Transit), Commuter Line atau KRL dan TransJakarta .

Di samping itu, untuk memberi kenyamanan bagi masyarakat pengguna transportasi umum, Pemprov DKI merenovasi sejumlah stasiun di Jakarta, halte transit TransJakarta dan fasilitas umumnya menjadi lebih moderen dan bersih.

Jika  menoleh ke masa lalu, masyarakat Jakarta pasti pernah merasakan beberapa moda transportasi dari yang sederhana hingga yang berteknologi.

Berikut transformasi 12 angkutan umum di DKI Jakarta dari masa ke masa:

1. Delman 

Delman di Jakarta

Photo :
  • Wikipedia

Delman adalah kereta roda dua yang ditarik oleh kuda. Seorang kusir duduk di depan mengendalikan jalannya kuda. Penumpangnya duduk di belakang saling berhadapan. Istilah delman diambil dari nama penemunya, Ir. Charles Theodore Deeleman, seorang insinyur dan juga ahli irigasi yang memiliki bengkel di pesisir Batavia, yang sekarang menjadi Jakarta. Moda transportasi ini sangat populer pada zaman kolonial Belanda. Seiring waktu, keberadaan delman semakin punah di Jakarta, hanya ditemukan di area wisata. Namun pada bulan Januari 2023, Pemkot Jakarta Pusat  telah melarang delman di wilayah Monas dan Bundaran HI karena kotoran sang kuda dinilai mencemari lingkungan.

2. Trem

Trem pertama kali hadir di Batavia (Jakarta - kini) tahun 1869, dioperasikan dengan tenaga kuda. Tahun 1881, digantikan dengan tenaga uap di bawah naungan Stoomiram Mij ( maskapai tram uap) dengan rute Glodok, Harmoni, Pasar Baru, Senen, Kramat. Kemudian pada tahun 1897, Electrische Tram Mij (maskapai trem listrik) menggantikan trem uap.

Era 1950 -an, Trem menjadi transportasi andalan masyarakat ibukota karena jadwalnya yang tepat waktu. Namun seiring dengan banyaknya urbanisasi, Trem  menjadi tidak lagi diminati karena terlalu ramai.

3. Bus Kota 

Metro Mini angkutan umum di Jakarta

Photo :
  • Oleh Gunawan Kartapranata - Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=48420936

Sejak dulu, bus kota menjadi moda transportasi favorit bagi sebagian besar masyarakat Jakarta. Bus kota pertama yang pernah beroperasi di Jakarta adalah bus kota merek Robur buatan Jerman dan Ikarus buatan Hongaria. ini menjadi bagian dari proyek pengadaan bus untuk Asean Games tahun 1962 yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno. Soekarno menginginkan alat transportasi yang baru menggantikan bus-bus yang sudah ada sebelumnya dan sudah dimakan usia. Usai perhelatan Asean Games, bus-bus yang baru tersebut diserahkan kepada Gubernur DKI waktu itu, Henk Ngantung. Oleh Henk Ngantung, bus Robus dijadikan sebagai angkutan umum di Jakarta dan dicat warna merah menggantikan Trem yang sudah ketinggalan jaman.

Di tahun 1969 hingga tahun 1974, Indonesia mendapat bantuan dari Amerika berupa 4000 unit bus merek Dodge. Bus Dodge ini kemudian dikelola oleh Perusahaan Umum Pengangkut Penumpang Djakarta (Perum PPD) dan perusahaan operator swasta. Yang unik dari bus Dodge ini adanya moncong yang menjadi  ruang mesin. Keberadaan bus Dodge hanya bertahan hingga tahun 1980.

Di tahun 1980-an, masuklah bus-bus asal Jepang ke Jakarta yang di kelola oleh PT. Metromini dan Kopaja sebagai langkah dari peremajaan angkutan bus kota di DKI Jakarta. Metromini dan Kopaja sempat menguasai lalu lintas ibu kota hingga tahun 2000-an. Pelayanan yang buruk, kualitas bus yang tidak layak, ngetem lama dengan alasan menunggu penumpang, menjadi kenangan tersendiri bagi masyarakat Jakarta.

4. Becak

Becak di Jakarta

Photo :
  • Oleh Jonathan McIntosh - Karya sendiri, CC BY 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=69894

Kendaraan roda tiga yang dikayuh oleh manusia ini sempat menjadi primadona sebagai alat transportasi di tahun 1950-an. Banyak orang menggunakan jasa tukang becak mengantar ke mana-mana.  Akan tetapi di tahun 1965-1985, Perda DKI Jakarta tidak lagi mengakui becak sebagai sarana angkutan umum. Keberadaan becak menjadi penyebab dari kemacetan di jalan-jalan di wilayah Jakarta karena jalannya yang perlahan. Tahun 1967, Gubernur DKI, Ali Sadikin mulai mengurangi keberadaan becak di pusat-pusat kota. Tiga tahun kemudian, ia melarang produksi dan pemasukan becak ke Jakarta.

5. Bemo, Helicak

Bemo angkutan umum di Jakarta

Photo :
  • Oleh Bkusmono - Karya sendiri, Domain Publik, https://id.wikipedia.org/w/index.php?curid=201412

Awal tahun 1962, di Jakarta muncul angkutan umum Bemo atau becak mobil yang menggunakan daihatsu midget sebagai basisnya. Bemo dihadirkan untuk menggantikan becak sebagai alat transportasi yang bisa menampung banyak orang. Tahun 1971,  muncul Helicak singkatan dari Helikopter Becak yang diperkenalkan oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, sebagai pengganti becak yang masih mengandalkan tenaga manusia. Bentuk Helicak mirip dengan becak hanya saja Helicak menggunakan vespa sebagai motor penggeraknya. Dalam perjalanan waktu, Bemo maupun Helicak tidak bisa bertahan lama, karena ongkos perawatannya yang mahal sehingga berdampak pada target setoran yang tinggi. Untuk jarak dekat Bemo kurang efisien, karena tidak bisa masuk  ke gang yang sempait sebagaimana becak.

6. Bajaj

Bajaj di Jakarta

Photo :
  • Oleh Jonathan McIntosh - Picture taken by Jonathan McIntosh, CC BY 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=79498

Bentuknya mirip dengan Bemo, Bajaj memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga bisa masuk ke gang- gang yang sempit di kota Jakarta. Moda transportasi yang memuat 2 penumpang ini diimpor dari India pada tahun 1975. Nama Bajaj diambil dari nama pemilik perusahaan mikro Auto Bajaj di India, Jamnalal Bajaj. Tahun 1980, impor Bajaj dari India dihentikan. Meski meredup namun keberadaan Bajaj masih bisa kita temukan di Jakarta. Seiring jalannya waktu, Bajaj dianggap mencemari lingkungan karena emisi gas buangnya yang tinggi di atas ambang batas yang diijinkan, selain itu  suara mesinnya yang  berisik sangat menggangu.  Pemprov DKI lantas mencari solusi dengan menghadirkan angkutan umum mirip Bajaj yang lebih baik dan tidak mencmari lingkungan namaya Kancil. Kehadiran Kancil mendapat protes dari para pemilik Bajaj karena harga Kancil  relatif mahal waktu itu . Akhirnya Pemprov DKI mengambil jalan tengah dengan tetap mengijinkan Bajaj beroperasi di Jakarta, namun mesinnya harus diganti dengan mesin 4 tak yang lebih tenang dan ramah lingkungan karena berbahan bakar gas. Selanjutnya, Pemprov DKI melakukan peremajaan, semua bajaj yang masih menggunakan mesin 2 tak dimusnahkan.