Cara Socrates Mematahkan Argumentasi Kaum Sofis tentang Kebenaran Relativisme

- Image Creator/Handoko
Socrates menekankan bahwa pengakuan atas ketidaktahuan adalah fondasi untuk mengejar kebenaran sejati. Dalam dialog-dialognya, ia sering kali menunjukkan bahwa ketika seseorang mengklaim tahu segalanya, mereka justru menutup diri dari pembelajaran. Pendekatan ini mengajarkan bahwa untuk mencapai kebijaksanaan, seseorang harus selalu bersikap terbuka dan kritis terhadap pengetahuan yang dimiliki.
Di era modern, sikap kritis semacam ini sangat penting dalam menghadapi arus informasi yang datang dari berbagai sumber, terutama di media digital yang kadang tidak terverifikasi. Menurut Pew Research Center (2023), peningkatan literasi digital dan kesadaran akan keterbatasan pengetahuan dapat membantu masyarakat dalam memilah informasi yang akurat dari yang menyesatkan.
2. Metode Bertanya Terus Menerus (Dialektika)
Metode dialektika Socrates adalah inti dari caranya mematahkan argumentasi. Dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kritis, ia menggugah lawan bicaranya untuk mengungkap kontradiksi dalam pemikiran mereka. Teknik ini, yang dikenal sebagai elenchus, memaksa setiap argumen diuji secara mendalam. Jika argumen tersebut tidak memiliki dasar yang kuat, maka melalui pertanyaan-pertanyaan kritis itu, kebenaran yang lebih mendasar akan muncul.
Pendekatan ini sangat relevan di era digital. Dalam lingkungan yang penuh dengan disinformasi dan propaganda, kemampuan untuk mengajukan pertanyaan kritis dan mencari bukti yang mendasari setiap pernyataan sangat penting untuk melawan arus berita palsu dan opini yang bias. Platform seperti CekFakta.id dan inisiatif literasi digital telah mendorong masyarakat untuk terus mempertanyakan dan memverifikasi informasi.
3. Membedakan antara Argumen yang Valid dan Manipulatif
Socrates dengan konsisten menekankan bahwa argumen harus diuji tidak hanya berdasarkan cara penyampaiannya tetapi juga berdasarkan kebenaran yang mendasarinya. Ia mengkritik kaum Sofis karena, menurutnya, mereka menggunakan retorika untuk memenangkan debat tanpa mengungkap kebenaran yang sebenarnya. Menurut Socrates, keberhasilan dalam berdebat harus diukur dari seberapa baik argumen tersebut mencerminkan realitas dan tidak sekadar kemampuan untuk membujuk.