Revolusi AI dalam Prakiraan Cuaca: Upaya Google dan IBM untuk Mengurangi Dampak Bencana Alam
- BMKG
Jakarta, WISATA - Prakiraan cuaca, yang dahulu sering dianggap kurang akurat, kini mengalami perubahan besar berkat integrasi teknologi kecerdasan buatan (AI). Perusahaan teknologi terkemuka seperti Google dan IBM bersama lembaga riset ternama, termasuk NASA dan Met Office, sedang memimpin revolusi ini dengan memanfaatkan AI untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi prakiraan cuaca.
Inovasi ini bukan hanya meningkatkan keakuratan prakiraan, tetapi juga membantu dunia bersiap menghadapi dampak perubahan iklim. Teknologi ini memungkinkan prediksi cuaca ekstrem dengan kecepatan dan ketepatan yang belum pernah ada sebelumnya, memberikan waktu yang cukup bagi masyarakat dan pemerintah untuk bertindak cepat.
Google dan IBM: Pemimpin Revolusi AI di Meteorologi
Google telah memperkenalkan sistem prakiraan banjir berbasis AI yang kini mencakup lebih dari 100 negara dan menjangkau hingga 700 juta orang di seluruh dunia. Sistem ini mampu memberikan prediksi yang lebih akurat hingga tujuh hari sebelumnya, yang merupakan langkah besar dalam kesiapsiagaan darurat dan respons bencana.
Yossi Matias, Wakil Presiden dan Kepala Penelitian Google, menekankan pentingnya keterbukaan data ini:
"Misi kami adalah menggunakan AI untuk membuat informasi prakiraan banjir dapat diakses secara global," katanya. Dengan menyediakan data ini melalui API dan dataset terbuka, Google mendorong kolaborasi di seluruh dunia untuk meningkatkan manajemen bencana.
Sementara itu, IBM bekerja sama dengan NASA dan Oak Ridge National Laboratory untuk mengembangkan model AI khusus untuk prakiraan cuaca dan iklim. Model ini tidak hanya meningkatkan resolusi spasial dalam simulasi iklim tetapi juga memperbaiki representasi proses fisik yang menjadi dasar pembuatan model cuaca yang lebih akurat.
FastNet: Sistem AI Canggih dari Met Office dan Alan Turing Institute