Subsidi Tak Tepat Sasaran? Mengapa Biaya Produksi Beras di Indonesia Masih Tinggi

Mekanisasi Pertanian Tanaman Padi
Sumber :
  • Viva.co.id

Di Indonesia, sektor pertanian masih sangat bergantung pada tenaga kerja manual. Sebagian besar petani menggunakan tenaga kerja manusia untuk pekerjaan seperti mencabut rumput, menanam, dan memanen. Walaupun ada beberapa alat pertanian yang membantu, seperti mesin panen padi, alat tersebut belum tersebar luas dan banyak petani yang belum bisa mengaksesnya. Akibatnya, biaya tenaga kerja yang harus dibayar tetap tinggi, yang menambah beban biaya produksi.

Negara-negara produsen beras utama lainnya, seperti Thailand, telah lebih dulu mengembangkan sistem pertanian yang lebih modern dan berbasis teknologi, sehingga mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual dan menurunkan biaya produksi.

4. Masalah pada Distribusi dan Pemasaran

Distribusi dan pemasaran hasil beras juga menjadi masalah yang mengakibatkan tingginya biaya produksi. Proses distribusi yang panjang dan tidak efisien membuat harga beras di tingkat konsumen menjadi lebih tinggi, meskipun petani hanya mendapatkan sebagian kecil dari harga tersebut. Biaya transportasi yang tinggi, kurangnya sistem distribusi yang terorganisir, serta banyaknya pihak tengkulak yang terlibat membuat harga yang diterima petani tidak sebanding dengan harga jual beras di pasar.

5. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan (R&D)

Pemerintah Indonesia memang sudah melakukan beberapa riset dan pengembangan (R&D) terkait komoditas beras. Namun, dana dan perhatian yang diberikan untuk riset masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara produsen beras utama seperti Vietnam dan Thailand. Pengembangan varietas padi yang lebih unggul dan tahan terhadap hama serta perubahan iklim masih terbatas.

Apa Solusi untuk Mengatasi Masalah Biaya Produksi Beras?