Bergabung dengan BRICS: Siapkah Indonesia Hadapi Ketegangan dengan Barat?

Menteri Luar Negeri Sugion0 dalam Pertemuan KTT BRICS di Kazan
Sumber :
  • Kementerian Luar Negeri RI

Sebagai negara non-blok, Indonesia dapat tetap berdiri netral, memastikan bahwa ia mendapatkan manfaat maksimal dari kedua aliansi. Di satu sisi, Indonesia bisa memanfaatkan BRICS untuk meningkatkan akses pasar dan pembiayaan pembangunan. Di sisi lain, Indonesia tetap mempertahankan hubungan baik dengan G7 untuk memastikan stabilitas perdagangan dan arus investasi yang terus mengalir ke dalam negeri30†source.

Masa Depan Indonesia

Bergabung dengan BRICS bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia, terutama untuk meningkatkan pengaruhnya di tingkat internasional dan memperkuat posisi tawarnya dalam perundingan ekonomi global. Namun, Indonesia juga perlu waspada terhadap dampak diplomatik dan politik yang mungkin muncul jika langkah ini dianggap sebagai pergeseran kebijakan luar negeri yang signifikan.

Meskipun demikian, banyak pengamat berpendapat bahwa Indonesia dapat terus memainkan peran ganda, memanfaatkan keuntungan ekonomi dari kedua blok tanpa harus terikat pada persaingan geopolitik antara Timur dan Barat. Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi jembatan antara BRICS dan Barat, berperan sebagai katalis dalam menciptakan hubungan yang lebih seimbang antara kekuatan-kekuatan ekonomi dunia.

Dengan mempertimbangkan keuntungan ekonomi, potensi ketegangan geopolitik, serta prinsip kebijakan bebas-aktif, Indonesia berada dalam posisi yang strategis untuk memanfaatkan peluang dari baik BRICS maupun negara-negara Barat. Apakah Indonesia siap menghadapi ketegangan dengan Barat jika memilih untuk bergabung dengan BRICS? Ini adalah pertanyaan yang akan terus menjadi perhatian, terutama di tengah perubahan geopolitik yang semakin dinamis. Keputusan ini harus didasarkan pada perhitungan yang cermat demi kepentingan ekonomi jangka panjang dan kesejahteraan rakyat Indonesia.