Bergabung dengan BRICS: Siapkah Indonesia Hadapi Ketegangan dengan Barat?

Menteri Luar Negeri Sugion0 dalam Pertemuan KTT BRICS di Kazan
Sumber :
  • Kementerian Luar Negeri RI

Jakarta, WISATA - Di tengah perubahan global yang signifikan, dunia kini menyaksikan transformasi kekuatan ekonomi yang menjanjikan pengaruh baru di ranah internasional. BRICS, yang merupakan aliansi antara Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, semakin memantapkan posisinya sebagai tandingan dari kekuatan ekonomi tradisional Barat, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun, di balik perkembangan ini, muncul pertanyaan: siapkah Indonesia untuk menghadapi ketegangan dengan negara-negara Barat jika bergabung dengan BRICS?

BRICS: Dari Aliansi Ekonomi ke Pengaruh Geopolitik

BRICS yang awalnya dibentuk sebagai platform kerjasama ekonomi, kini berambisi memperluas pengaruh geopolitiknya. Dengan meningkatnya ketegangan global, terutama antara Tiongkok dan Amerika Serikat, BRICS mengambil langkah-langkah untuk menawarkan model alternatif dalam hubungan ekonomi internasional, termasuk upaya mengurangi ketergantungan pada dolar AS sebagai mata uang global.

BRICS, yang berkontribusi lebih dari 23% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global dan memiliki populasi hampir setengah dari populasi dunia, mengusung misi untuk menyeimbangkan dominasi ekonomi Barat. Melalui pendirian Bank Pembangunan Baru (New Development Bank) dan berbagai inisiatif finansial lainnya, BRICS menawarkan peluang baru bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia​

Daya Tarik BRICS bagi Indonesia

Indonesia yang dikenal sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara tengah mempertimbangkan manfaat dan tantangan bergabung dengan BRICS. Dengan ekonomi yang berfokus pada diversifikasi dan peningkatan perdagangan internasional, kehadiran Indonesia dalam BRICS bisa memberikan akses ke pasar yang lebih luas. Indonesia juga dapat memperoleh keuntungan dari bantuan pembiayaan dan investasi yang lebih fleksibel dari New Development Bank (NDB), terutama untuk mendukung proyek infrastruktur dan energi​

Selain itu, BRICS menawarkan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat suara dalam keputusan ekonomi global yang lebih berimbang. Mengingat BRICS mengutamakan kerja sama antara negara-negara berkembang, Indonesia dapat lebih berperan dalam membentuk kebijakan internasional yang menguntungkan bagi kebutuhan domestiknya, sekaligus menjauh dari dominasi kebijakan negara-negara Barat yang kadang dianggap kurang sensitif terhadap kepentingan negara berkembangiko Bergabungnya Indonesia dengan BRICS

Namun, ada pula risiko yang harus diperhitungkan Indonesia jika memutuskan untuk bergabung dengan BRICS. Salah satu risiko utama adalah potensi ketegangan dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sebagai mitra dagang utama dan sumber investasi terbesar bagi Indonesia, negara-negara Barat masih memiliki pengaruh besar dalam perekonomian Indonesia. Jika Indonesia bergabung dengan BRICS, negara-negara Barat mungkin memandang langkah ini sebagai indikasi condongnya Indonesia ke arah aliansi ekonomi Timur, terutama di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat.

Kehadiran Tiongkok sebagai anggota dominan di BRICS juga dapat menjadi tantangan tersendiri. Dengan hubungan perdagangan yang kompleks dan adanya persaingan di Laut China Selatan, Indonesia perlu mempertimbangkan dampak diplomatik dan keamanan yang mungkin muncul jika bergabung dengan aliansi yang memiliki kepentingan Tiongkok sebagai anggota utama .

PeData Ekonomi: BRICS vs. Negara Barat

Dari segi statistik, perbandingan antara BRICS dan G7 (yang mewakili kekuatan ekonomi Barat) memberikan pandangan menarik mengenai pengaruh kedua blok ini terhadap ekonomi global. Menurut data Bank Dunia, negara-negara G7 menyumbang sekitar 46% dari PDB global, jauh di atas BRICS yang berkontribusi sekitar 23%. Namun, BRICS mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan G7, dengan Tiongkok dan India sebagai pendorong utama.

Selain​ investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) dari negara-negara G7 ke Indonesia masih lebih besar daripada dari BRICS. Pada 2022, investasi langsung asing dari Amerika Serikat ke Indonesia mencapai USD 2,5 miliar, sedangkan dari Tiongkok hanya sekitar USD 1,4 miliar. Fakta ini menunjukkan bahwa, secara ekonomi, hubungan Indonesia dengan Barat tetap lebih kuat dibandingkan dengan BRICS saat ini .

Posisi Indomilih Satu Blok?

Indonesia memiliki kebijakan luar negeri bebas-aktif yang memberikan kebebasan untuk menjalin kerja sama dengan berbagai negara tanpa harus terikat pada blok tertentu. Oleh karena itu, Indonesia bisa memanfaatkan posisi ini untuk tetap menjaga hubungan baik dengan BRICS dan G7, tanpa harus memihak sepenuhnya pada salah satu pihak.

Sebagai negara non-blok, Indonesia dapat tetap berdiri netral, memastikan bahwa ia mendapatkan manfaat maksimal dari kedua aliansi. Di satu sisi, Indonesia bisa memanfaatkan BRICS untuk meningkatkan akses pasar dan pembiayaan pembangunan. Di sisi lain, Indonesia tetap mempertahankan hubungan baik dengan G7 untuk memastikan stabilitas perdagangan dan arus investasi yang terus mengalir ke dalam negeri30†source.

Masa Depan Indonesia

Bergabung dengan BRICS bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia, terutama untuk meningkatkan pengaruhnya di tingkat internasional dan memperkuat posisi tawarnya dalam perundingan ekonomi global. Namun, Indonesia juga perlu waspada terhadap dampak diplomatik dan politik yang mungkin muncul jika langkah ini dianggap sebagai pergeseran kebijakan luar negeri yang signifikan.

Meskipun demikian, banyak pengamat berpendapat bahwa Indonesia dapat terus memainkan peran ganda, memanfaatkan keuntungan ekonomi dari kedua blok tanpa harus terikat pada persaingan geopolitik antara Timur dan Barat. Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi jembatan antara BRICS dan Barat, berperan sebagai katalis dalam menciptakan hubungan yang lebih seimbang antara kekuatan-kekuatan ekonomi dunia.

Dengan mempertimbangkan keuntungan ekonomi, potensi ketegangan geopolitik, serta prinsip kebijakan bebas-aktif, Indonesia berada dalam posisi yang strategis untuk memanfaatkan peluang dari baik BRICS maupun negara-negara Barat. Apakah Indonesia siap menghadapi ketegangan dengan Barat jika memilih untuk bergabung dengan BRICS? Ini adalah pertanyaan yang akan terus menjadi perhatian, terutama di tengah perubahan geopolitik yang semakin dinamis. Keputusan ini harus didasarkan pada perhitungan yang cermat demi kepentingan ekonomi jangka panjang dan kesejahteraan rakyat Indonesia.