Yoyok KOPITU: “Indonesia Trade Expo Usang dan Tidak Efektif, Hanya Buang Anggaran”

Yoyok Pitoyo Ketua Umum Kopitu
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Berdasarkan data dari penyelenggara, lebih dari 60% pengunjung ITE adalah mediator atau broker, bukan pembeli langsung yang diharapkan dapat bertransaksi dengan produsen.  Hal ini memperpanjang proses penjualan dan membuat produk Indonesia menjadi lebih mahal dibandingkan kompetitornya.

UMKM Hanya Dijadikan Klaim Birokrasi

Menurut Yoyok, salah satu ironi terbesar dari ITE adalah klaim bahwa pameran ini memberikan manfaat besar bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Padahal, data menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terhadap total nilai transaksi di ITE sangat kecil.

Pada ITE 2023, dari total nilai transaksi USD 15,8 miliar, hanya sekitar 10% yang berasal dari produk UMKM. Sisanya didominasi oleh perusahaan besar atau produk impor. "UMKM hanya dijadikan klaim oleh birokrat, padahal kontribusi mereka sangat kecil. Jika terus begini, UMKM kita tidak akan pernah bisa bersaing di pasar ekspor," tegas Yoyok.

Forum Bisnis dan Business Matching Tidak Efektif

Yoyok juga mengkritik forum bisnis dan business matching yang diselenggarakan selama ITE. Menurutnya, acara tersebut tidak efektif dalam mempertemukan produsen dengan pengguna akhir atau pembeli potensial. "Forum bisnis dan business matching lebih sering dihadiri oleh perantara, bukan user atau pembeli langsung. Ini membuat produsen lokal kesulitan mendapatkan transaksi langsung," ungkapnya.

Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa hanya 20% dari pertemuan di business matching yang berujung pada kontrak transaksi, sisanya hanya menghasilkan prospek tanpa kelanjutan transaksi yang berarti