Dampak Ekonomi Global: Akankah Indonesia Terjerumus dalam Krisis dan Kekacauan Politik?

Serangan Roket Israel ke Palestina
Sumber :
  • viva.co.id

 

Jakarta, WISATA - Ketegangan politik dan ekonomi global semakin memanas. Di Eropa, kenaikan tarif impor hingga 45% pada mobil listrik asal China menandai babak baru proteksionisme. Sementara itu, perang di Timur Tengah yang melibatkan Iran menciptakan ketidakstabilan dalam pasokan energi global. Ketegangan ini berpotensi besar mengganggu keseimbangan ekonomi dunia, dan dampaknya mungkin lebih dalam daripada sekadar kenaikan harga minyak dan gas.

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada negara-negara maju, tetapi juga menciptakan efek domino yang berisiko besar bagi perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Seiring dengan lonjakan harga energi global, inflasi domestik di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini semakin diperburuk oleh defisit anggaran dan tingginya utang pemerintah, yang membuat ruang fiskal semakin terbatas.

Krisis Global dan Dampaknya bagi Indonesia

Indonesia, seperti negara-negara lainnya, sangat bergantung pada stabilitas pasar global untuk menjaga pertumbuhan ekonominya. Kenaikan harga energi akibat konflik di Timur Tengah dan kebijakan proteksionisme di Eropa dapat memperburuk situasi ekonomi di tanah air. Lonjakan harga minyak yang kemungkinan besar akan terjadi akibat ketidakpastian di Timur Tengah bisa menambah beban subsidi energi yang sudah cukup besar di Indonesia. Hal ini bisa memperburuk defisit anggaran yang selama ini menjadi tantangan bagi pemerintahan Presiden Jokowi serta Prabowo Subiyanto sebagai Presiden terpilih.

Selain itu, kenaikan harga bahan pokok dan barang impor sebagai akibat dari inflasi global akan memperparah inflasi dalam negeri. Ini akan menekan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah yang saat ini sudah terpuruk akibat pandemi dan pemulihan ekonomi yang lambat. Dampaknya jelas, konsumsi rumah tangga yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional akan melemah, yang pada akhirnya akan menekan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Dampak pada Kelas Menengah dan Beban Utang

Salah satu kelompok yang paling terdampak oleh situasi ini adalah kelas menengah. Kelas menengah yang selama ini menjadi motor penggerak ekonomi, baik dari sisi konsumsi maupun investasi, kini berada dalam posisi yang sulit. Inflasi yang tinggi, beban biaya hidup yang meningkat, serta pendapatan yang stagnan telah membuat banyak rumah tangga kelas menengah harus berjuang keras untuk mempertahankan standar hidup mereka.

Di sisi lain, utang pemerintah yang terus membengkak menjadi tantangan serius bagi stabilitas ekonomi jangka panjang. Menurut beberapa analis, beban utang yang tinggi ini bisa membatasi kemampuan pemerintah untuk merespons krisis ekonomi. Dengan ruang fiskal yang semakin sempit, pilihan untuk melakukan stimulus fiskal guna mendorong pemulihan ekonomi menjadi semakin terbatas. Hal ini tentunya memperburuk situasi dan bisa memicu keresahan di kalangan masyarakat.

Ketidakstabilan Politik: Ancaman Nyata?

Di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu, ancaman ketidakstabilan politik di Indonesia semakin nyata. Sejarah menunjukkan bahwa ketidakpuasan ekonomi sering kali menjadi pemicu utama gejolak politik. Inflasi yang tinggi, ketidakmampuan pemerintah mengatasi masalah ekonomi, serta tekanan utang yang besar bisa memicu protes sosial yang meluas.

Kondisi ini bisa semakin memanas menjelang pemilu kepala daerah, di mana kekuatan politik yang ada akan berusaha memanfaatkan ketidakpuasan publik untuk keuntungan elektoral. Ketidakstabilan politik yang muncul dari krisis ekonomi bisa mengganggu proses pemulihan dan menambah ketidakpastian bagi investor, baik domestik maupun asing. Hal ini tentu saja akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Prospek ke Depan: Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk mencegah terjadinya krisis ekonomi yang lebih dalam, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang proaktif dan tepat sasaran. Pengelolaan utang yang lebih baik, peningkatan efisiensi fiskal, serta kebijakan yang mendukung stabilitas harga energi menjadi beberapa langkah yang perlu segera diambil. Di sisi lain, pemerintah juga harus memastikan bahwa kebijakan proteksionisme global, seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa, tidak merugikan daya saing produk ekspor Indonesia.

Lebih jauh lagi, reformasi struktural yang mendukung pengembangan sektor-sektor produktif, terutama di bidang teknologi hijau dan manufaktur, bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan menjaga stabilitas ekonomi. Dalam konteks global yang semakin kompleks, Indonesia harus mampu menjaga keseimbangan antara kebijakan domestik dan keterlibatannya dalam dinamika perdagangan internasional.

Selain itu, penting bagi pemerintah untuk menjaga komunikasi yang baik dengan masyarakat. Transparansi dalam pengelolaan anggaran dan utang, serta langkah-langkah untuk menjaga stabilitas harga barang-barang pokok, akan sangat penting untuk mencegah ketidakpuasan sosial yang bisa berujung pada instabilitas politik.

Ketegangan global yang semakin memanas, baik dari konflik di Timur Tengah maupun kebijakan proteksionisme di Eropa, jelas membawa dampak besar bagi ekonomi Indonesia. Inflasi yang tinggi, defisit anggaran, dan beban utang pemerintah menambah kerentanan ekonomi nasional. Di tengah kondisi ini, pemerintah harus bergerak cepat untuk mengantisipasi potensi krisis yang lebih besar. Jika tidak, krisis ekonomi ini bisa dengan cepat bertransformasi menjadi krisis politik yang lebih serius.

Dengan mengedepankan kebijakan yang bijak dan proaktif, Indonesia masih memiliki peluang untuk keluar dari situasi ini. Namun, hal itu membutuhkan komitmen kuat dari semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat, untuk bersama-sama menghadapi tantangan global ini.