Phishing, Ransomware, hingga DDoS: 4 Serangan Cyber yang Mengancam Kehidupan Digital Anda!
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Di era digital saat ini, hampir seluruh aspek kehidupan kita bergantung pada teknologi dan internet. Mulai dari bekerja, berbelanja, hingga berkomunikasi dengan orang-orang terdekat, semua dilakukan melalui perangkat digital yang terhubung ke jaringan internet. Namun, di balik kenyamanan ini, terdapat ancaman yang tidak kalah besar dan mengintai di setiap sudut dunia maya: serangan siber. Dari phishing, ransomware, hingga DDoS, berbagai jenis serangan ini dapat menghancurkan kehidupan digital Anda dalam sekejap. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai empat serangan siber yang paling mengancam.
1. Phishing: Teknik Manipulasi Psikologis yang Mematikan
Phishing adalah salah satu bentuk serangan siber yang paling umum dan paling berbahaya. Teknik ini melibatkan manipulasi psikologis di mana penyerang berpura-pura menjadi entitas yang tepercaya untuk menipu korban agar memberikan informasi sensitif seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau bahkan akses ke akun pribadi.
Phishing biasanya dilakukan melalui email yang tampak seperti dari sumber yang sah, seperti bank, platform media sosial, atau bahkan tempat kerja Anda. Namun, jika korban tertipu dan memberikan informasi yang diminta, penyerang dapat dengan mudah mengakses akun pribadi atau bahkan mengosongkan rekening bank.
Menurut laporan dari Verizon Data Breach Investigations Report (DBIR) 2023, sebanyak 36% dari seluruh insiden pelanggaran data global pada tahun tersebut melibatkan phishing. Selain itu, Anti-Phishing Working Group (APWG) mencatat bahwa sepanjang tahun 2023, terdapat lebih dari 2,1 juta serangan phishing yang dilaporkan di seluruh dunia, meningkat 16% dari tahun sebelumnya.
2. Ransomware: Serangan yang Memeras dan Menghancurkan
Ransomware adalah jenis serangan siber di mana malware mengenkripsi data korban dan meminta tebusan agar data tersebut dapat dibuka kembali. Serangan ini sering kali menargetkan perusahaan besar, rumah sakit, lembaga pemerintah, dan individu dengan data berharga. Penyerang biasanya meminta tebusan dalam bentuk mata uang kripto seperti Bitcoin, yang sulit dilacak.