Tradisi Larung Sesaji di Kabupaten Pati sebagi Doa dan Harapan Bersama untuk Rejeki Nelayan
- rri.co.id
Pati, WISATA – Larung Sesaji adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Pantai Utara Pati, khususnya di daerah Sambiroto. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat atas karunia Tuhan berupa kekayaan bahari.
Dalam pelaksanaannya, sesaji yang terdiri dari sejumlah hasil bumi, dibentuk menyerupai gunungan dan kemudian dilakukan proses melarung atau melepas sesaji ke tengah laut. Pemerintah Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati menyelenggarakan tradisi lomban kupatan tersebut pada Jumat (19/4/2024). Tradisi yang diselenggarakan sepekan pascalebaran ini, mendapat sambutan antusias masyarakat setempat, bahkan dari luar desa.
Kades Sambiroto Kecamatan Tayu Sulistiono mengatakan bahwa tradisi lomban kupatan itu ditandai dengan larung sesaji ke Muara Sungai Tayu. Tradisi yang merupakan warisan leluhur atau cikal bakal desa setempat, Mbah Wedono.
Selanjutnya menurut kades, tradisi tersebut juga merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat dan keberkahan yang telah diberikan Sang Pencipta. Kepala kerbau yang dilarung ke Muara Sungai Tayu melambangkan pengorbanan dan keikhlasan, kepala kambing sebagai kesucian hati, serta ayam putih mulus lambang kewaspadaan.
Sebelum dilarung, sesaji-sesaji tersebut diarak keliling desa. Beberapa pengunjung mengaku baru sekali mengikuti prosesi lomban kupatan. Bahkan bisa melihat langsung larung sesaji di Muara Sungai Tayu.
Untuk diketahui selain sebagai ungkapan rasa syukur, tradisi Larung Sesaji juga sebagai symbol harmoni dengan Alam dan Tuhan. Bagi masyarakat pesisir Pantai Utara, manusia sejatinya tidak hidup sendirian, melainkan bergantung dengan alam, makhluk lain, dan Yang Maha Kuasa. Melalui sedekah laut, tepatnya dengan melakukan upacara melarung sesaji, maka harmoni terhadap alam dan Yang Maha Kuasa ini bisa dijaga.
Larung Sesaji dimaknai sebagai momentum tepat untuk memanjat doa dan harapan bersama, agar nelayan memperoleh hasil tangkapan yang berlimpah tanpa adanya rintangan yang berarti. Selain itu larung sesaji juga bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa yakni kekhasan yang merupakan ciri suatu daerah dan warisan leluhur.