PONTIANAK: Tradisi Permainan Meriam Karbit, Jadi Magnet bagi Wisatawan untuk Berkunjung
- infopublik.id
Pontianak, WISATA – Enam meriam karbit dengan warna-warni menarik bercorak khas Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) berjajar di tepian Sungai Kapuas, di Gang Bansir III, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kalimantan Barat.
Keenam meriam karbit itu berdentum secara silih berganti, ketika disulut oleh Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar, Harisson, Pj. Wali Kota Pontianak, Ani Sofian dan Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI Iwan Setiawan serta jajaran Forkopimda.
Dentuman meriam ini, menjadi tanda simbolis dimulainya Eksibisi Permainan Tradisional Meriam Karbit, pada Selasa (9/4/2024) malam.
Pj. Wali Kota Pontianak, Ani Sofian menyatakan, permainan meriam karbit itu rutin digelar dalam rangka memeriahkan Hari Raya Idulfitri di Kota Pontianak.
Pada malam itu, ada 41 titik lokasi permainan meriam karbit dengan jumlah masing-masing antara lima hingga enam meriam karbit, di sepanjang Sungai Kapuas, baik yang berada di wilayah Pontianak Timur maupun di Pontianak Selatan dan Tenggara.
“Harapan saya, permainan ini menjadi event pariwisata Kota Pontianak dan menjadi agenda tetap kalender pariwisata untuk menarik wisatawan. Mudah-mudahan memberikan multiplier effect bagi masyarakat Kota Pontianak,” ujarnya.
Ani menambahkan, permainan meriam karbit adalah permainan tradisional masyarakat Kota Pontianak.
Permainan ini sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016 sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Kota Pontianak sehingga perlu dilestarikan.
“Tradisi permainan rakyat ini perlu terus dilestarikan sebagai kekayaan budaya yang dimiliki Kota Pontianak,” ungkapnya.
Menurut Ani, meriam Pontianak sangat berbeda dengan meriam di daerah lain.
Meriam Pontianak terbuat dari kayu dengan ukuran 4 hingga 7 meter, dengan diameter 40 hingga 100 centimeter.
“Bunyi dentuman yang dihasilkan cukup dahsyat, terdengar hingga mencapai radius 2 hingga 10 kilometer,” ucapnya.
Permainan tradisional meriam karbit, tidak terlepas dari nilai historis berdirinya Kota Pontianak sejak dahulu kala.
Pada zaman dahulu, meriam itu digunakan oleh Sultan Syarif Abdurrahman untuk membangun Kota Pontianak.
Menurut legenda, meriam itu digunakan Sultan untuk mengusir hantu kuntilanak yang sering mengganggu pembangunan Masjid Jami' dan Istana Kadriyah.
Selain itu, meriam juga digunakan sebagai pertanda masuk waktu salat, sahur dan berbuka puasa di bulan Ramadan.
“Saat ini meriam sudah digunakan untuk berbagai momen khusus selain untuk menyambut malam lebaran setiap tahunnya,” sebut Ani.
Sementara itu, Pj. Gubernur Kalbar, Harisson menambahkan, Eksebisi Meriam Karbit 2024 ini merupakan sebuah momen istimewa, eksibisi ini bukan hanya tentang menampilkan keunikan meriam karbit, tetapi juga melestarikan budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun.
“Meriam karbit merupakan salah satu bentuk seni tradisional yang unik dan kreatif serta sangat dinantikan masyarakat Pontianak hingga luar Kalbar,” imbuhnya.
Harisson menambahkan, di balik suara dentumannya, meriam karbit juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi.
Ia berharap eksebisi ini dapat menjadi sarana silaturahmi bagi seluruh masyarakat, terutam di malam takbiran yang penuh suka cita.
(Sumber: infopublik.id)