YOGYAKARTA: Jadah Tempe, Jajanan Otentik Tombo Kangen Yogya, 'Dab...
Sabtu, 14 Oktober 2023 - 23:45 WIB
Sumber :
- jogjaprov.go.id
Yogyakarta, WISATA – Jadah tempe adalah salah satu makanan khas otentik Nusantara.
Jadah adalah olahan ketan dan kelapa yang dipadukan makan dengan baceman tempe manis gula Jawa.
Yang melegenda dan menjadi salah satu ikon kuliner Yogyakarta, adalah Jadah Tempe Mbak Carik.
Awalnya, Mbok Sastrodinomo, istri Carik Sastrodinomo berjualan aneka makanan di Telaga Putri, Kaliurang, Sleman sekitar tahun 1950-an.
Perpaduan rasa gurih jadah dan manisnya tempe bacem sangat ‘nyamleng’ (enak dan lezat) di mulut, sehingga tak diragukan lagi keotentikan cita rasanya.
Jadah tempe ini juga disebut makanan perjuangan dengan warna merah putih, dimana jadah berwarna putih dan tempe bacem berwarna merah.
Kudapan ini sangat digemari Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, keluarga hingga abdi dalem.
Bahkan, Sultan HB IX memberikan nama khusus, yakni Jadah Tempe Mbah Carik.
Nama inilah yang digunakan turun temurun dan terus dilestarikan oleh generasi penerusnya.
"Sultan HB IX berpesan kepada kakek dan nenek saya kala itu, berikanlah nama Mbah Carik, ben dadi rejeki anak putumu (berilah nama Mbah Carik, supaya bisa menjadi rejeki buat anak dan cucumu). Alhamdulillah, nama tersebut memang memberikan rejeki," ujar salah satu pengelola Jadah Tempe Mbah Carik, Angga Kusuma Wibowo. Angga menceritakan ayahanda Sultan HB X ini pun kerap mengutus beberapa abdi dalemnya untuk membeli jadah tempe yang ada di kawasan Kaliurang.
Tidak sedikit pula, kerabat Keraton Yogyakarta yang sengaja berkunjung ke Kaliurang untuk menyantap jadah tempe buatan Mbah Carik ini.
Sampai saat ini, jadah tempe masih begitu digemari bukan hanya warga lokal, melainkan juga wisatawan.
Seringkali juga disebut Burger Jawa, karena penyajiannya ditumpuk berurutan, yakni tempe, jadah, kemudian tempe lagi.
Sejak dulu, resep jadah Tempe Mbah Carik, menurut Angga, masih terjaga dengan baik hingga diturunkan dari generasi ke generasi.
Selain tak lekang waktu, Jadah Tempe Mbah Carik melakukan inovasi dengan menghadirkan produk kemasan beku (frozen) yang mampu bertahan 8 bulan, jika disimpan di lemari pendingin.
Kapasitas produksi untuk jadah mencapai 25 hingga 50 kg per hari.
Sedangkan pembuatan tempe bacem, awalnya hanya 400, lalu naik mencapai 2.000 tempe bacem per harinya.
Pangsa pasarnya lebih luas dengan jualan frozen food Jadah Tempe Mbah Carik. "Karena banyak customer dari luar DIY yang kangen memakannya, kami kirimkan jadah tempe sebagai tombo kangen atau obat kangen. Pengiriman produk frozen food sendiri, tidak hanya di wilayah Pulau Jawa, namun sudah sampai Kalimantan dan Papua," ungkap generasi keempat Jadah Tempe Mbah Carik tersebut.
Masyarakat dari berbagai kalangan dan usia, masih setia menikmati Jadah Tempe Mbah Carik ini.
Untuk itu, Angga memastikan pihaknya tetap menjaga keotentikan cita rasanya tetap seperti semula, sehingga Jadah Tempe ini layak menjadi salah satu kuliner asli khas Yogyakarta yang otentik.
"Simbah putri (nenek) dari dulu selalu mewanti-wanti, agar bacemnya manis dan enak, lalu jadahnya harus ditumbuk. Maka proses pembuatannya cukup memakan waktu lama. Kini, cita rasa manisnya disesuaikan agar tidak terlalu manis, tetapi pas. Kita memang membuat makanan otentik berkualitas dan sudah dikemas secara kekinian," pungkas Angga.
(Sumber: jogjaprov.go.id)