HUT DKI: 11 Tempat Wisata Sejarah di Jakarta (Bagian 1)

Monumen Nasional (Monas)
Sumber :
  • unsplash

 

RELIGI: Semarak Malam Tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, Warga Diimbau Datang Lebih Awal

WISATA, Jakarta - 496 tahun usia ibu kota Jakarta. Bukan waktu yang singkat bila kota Jakarta berubah menjadi kota metropolitan seperti sekarang ini. Dari sebuah pelabuhan kecil menjadi ibu kota yang megah, penuh dengan gedung-gedung pencakar langit, menancap di jantung ibu kota. Begitu dinamis dan banyak perubahan yang terjadi di ibu kota Nusantara ini.

Beberapa tempat dan gedung di ibu kota memiliki kisah panjang dan penting terhadap Indonesia. Dalam perkembangannya, ada sebagian dirubuhkan untuk kepentingan komersial seperti yang terjadi pada Hotel Des Indes di kawasan Harmoni, hotel termegah di Batavia pada masanya, yang menjadi tempat menginap para tokoh besar dari berbagai negara dan juga saksi bisu atas peristiwa besar di tahun 1949, yang menentukan nasib bangsa Indonesia yakni peristiwa perjanjian Roem-Royen. Hotel Des Indes berubah menjadi pusat pertokoan dan perkantoran Duta Merlin, yang dibangun pada tahun 1974 di era pemerintahan Orde Baru.

Kemenag RI Sepakat Ubah Nomenklatur Isa Almasih Menjadi Yesus Kristus

Namun demikian, kita masih bisa menjumpai beberapa tempat bersejarah di kota Jakarta yang  dijaga kelestariannya hingga kini, dan menjadi destinasi wisata yang populer. Pemprov DKI melakukan perbaikan di sejumlah tempat dan gedung bersejarah di ibu kota, sebagai bagian dari pemeliharaan dan pelestarian cagar budaya dan juga memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung.

Berikut adalah 13 tempat-tempat bersejarah di ibu kota yang bisa Anda kunjungi, sekaligus mengedukasi tentang jejak masa lalu ibu kota Jakarta.

Inilah Sejarah Serangan Hacker Terbesar di Dunia Beserta Nilai Kerugian

1. Monas

 

Monumen Nasional (Monas)

Photo :
  • unsplash

 

Monas atau Monumen Nasional pasti sudah tidak asing lagi buat kalian. Ikon ibu kota ini sejak diresmikan tahun 1975, telah menjadi tempat rekreasi di kota Jakarta. Tahun 2023 ini Pemprov DKI merevitalisasi area di sekitar Monas, menjadikan ruang terbuka hijaunya lebih banyak.

Dahulu, pembangunan Tugu Monas digagas oleh Presiden pertama RI, Soekarno dengan tujuan untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia di zaman revolusi 1945. Pembangunan Tugu Monas memakan waktu bertahun-tahun hingga akhirnya selesai pada tahun 1975 dan diresmikan oleh Presided ke-2 RI, Soeharto pada tanggal 12 Juli 1975.

2. Museum Nasional Indonesia.

 

Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat

Photo :
  • CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=1662951

 

Tak jauh dari Monas ada Museum Nasional  Indonesia atau lebih dikenal dengan Museum Gajah. Disebut Museum Gajah karena ada patung Gajah di halaman depan museum. Patung Gajah yang terbuat dari perunggu ini merupakan hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum di tahun 1871. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara, di dalamnya tersimpan 160.000 benda bersejarah dari berbagai zaman. Gedung ini dibangun di atas tanah seluas 26.500 meter persegi. Terdapat dua bangunan utama yakni Gedung A dan Gedung B. Gedung A digunakan untuk ruang pameran sementara Gedung B dijadikan kantor, ruang konferensi, laboratorium, perpustakaan dan juga ruang pameran.

3. Lapangan Banteng

 

Lapangan Banteng, Jakarta Pusat

Photo :
  • Oleh Cun Cun - Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=82708507

 

Sejak direvitalisasi pada tahun 2017,  Lapangan Banteng memiliki tampilan yang lebih menarik. Jika dilihat dari ketinggian, maka terlihat bentuk di area Monumen Pembebasan Irian Barat seperti penggaris busur.

Lapangan seluas 5,2 hektar itu kini menjadi area Ruang Terbuka Hijau yang banyak didatangi orang untuk berolah raga, rekreasi ataupun untuk kegiatan-kegiatan sosial. Sore hari adalah saat yang terbaik untuk menikmati kenyamanan di Lapangan Banteng. Jika Anda berkunjung di akhir pekan, jangan lewatkan atraksi air mancur yang meliuk-liuk dengan sorotan LED berwarna warni.

Tahukah kalian jika lapangan Banteng dahulu dikenal dengan nama Lapangan Singa? Pada masa kolonial Belanda, di tengah lapangan dibangun tugu peringatan kemenangan Belanda melawan Prancis dalam pertempuran Waterloo, dengan patung singa di atasnya. Lapangan tersebut diberi nama Waterlooplein yang artinya Lapangan Waterloo, tapi orang-orang waktu itu menyebut sebagai Lapangan Singa. Di jaman pendudukan Jepang, tugu dan patung singa yang ada di lapangan dihancurkan semua. Selanjutnya di era kemerdekaan, lapangan Singa berganti nama menjadi Lapangan Banteng hingga saat ini. Konon dinamakan Lapangan Banteng karena dulu di tempat tersebut banyak banteng yang berkubang di lumpur.

4. Masjid Istiqlal

 

Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat

Photo :
  • Oleh musnahterinjak - https://web.archive.org/web/20161020022409/http://www.panoramio.com/photo/64637421, CC BY 3.0, https://id.wikipedia.org/w/index.php?curid=3477634

 

Masjid Istiqlal menjadi masjid terbesar di Indonesia karena memiliki luas bangunan mencapai  24.200 meter persegi diatas tanah seluas 98.247 meter persegi. Bangunan masjid terdiri dari 5 lantai yang mencerminkan rukun Islam. Masjid ini sanggup menampung 200.000 jemaah. Di samping bangunan masjid, ada menara setinggi 66,66 m dengan diameter 5 meter. Puncak menaranya terbuat dari baja seberat 28 ton dengan tinggi 30 meter. Masjid ini menjadi destinasi wisatawan yang berkunjung di Jakarta yang ingin menjalankan ibadah.

Masjid Istiqlal pembangunannya digagas oleh Presiden pertama RI, Soekarno berdasarkan masukan dari tokoh tokoh ulama waktu itu, yang menginginkan adanya masjid besar di Jakarta.  Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang artinya merdeka atau kemerdekaan. Selanjutnya mulai dibangunlah masjid di atas tanah bekas benteng Belanda Frederik,  pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pembangunan masjid memakan waktu cukup lama karena pergolakan politik waktu itu hingga berganti pemerintahan. Pembangunan Masjid Istiqlal akhirnya selesai dan diresmikan oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto pada tanggal 22 Pebruari 1978.

5. Gereja Katedral

Gereja yang terletak di jalan Katedral, Pasar Baru Sawah Besar, Jakarta Pusat ini merupakan cagar budaya yang dilindungi pemerintah sejak tahun 1993. Di dalamnya terdapat perpustakaan dan museum yang menjelaskan tentang penyebaran agama Katolik di Jakarta. Bangunan Gereja ini bercirikan eropa dengan gaya neo gotik.

6. Tugu Proklamasi 

 

Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat

Photo :
  • Oleh Gunawan Kartapranata - Karya sendiri, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=12121319

 

Monumen bersejarah yang terletak di Komplek Proklamasi di jalan Proklamasi, Jakarta Pusat ini dibangun oleh para tokoh perempuan Indonesia di tahun 1946 dalam rangka memperingati setahun kemerdekaan Republik Indonesia. Tahun 1960, Tugu Proklamasi dihancurkan oleh Presiden RI ke-1, Soekarno dikarenakan perbedaan pandangan dalam memaknai sejarah. Di tahun 1972, dibangun kembali oleh Presiden RI ke-2, Soeharto. Kini, di samping Tugu Proklamasi dibangun juga Tugu Petir dan Monumen Pahlawan Proklamator Soekarno-Hatta, Monumen naskah proklamasi yang terbuat dari marmer hitam.

7. Gedung Joang 45

 

Gedung Joang 45, Jakarta Pusat

Photo :
  • CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=1662951

 

Bangunan kokoh dengan cat warna putih gading dengan pilar-pilar tinggi menjadi ciri dari Gedung Joang 45. Gedung ini semula adalah milik orang Belanda bernama LC. Schomper yang dibangun pada tahun 1939, menjadi hotel tempat menginap para petinggi Belanda, pengusaha dari luar negeri dan pejabat pribumi yang berkunjung ke Batavia. Di tahun 1942, semua aset LC Schomper disita oleh militer Jepang yang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia waktu itu. Gedung milik Schomper dijadikan asrama untuk para pemuda Indonesia dan diberi nama Asrama Angkatan Baru Indonesia. Di Asrama ini para pemuda Indonesia mendapat pandidikan politik dari Ganseikanbu Sedenbu atau Badan Propaganda Jepang supaya mendukung Asia Timur Raya. Namun pada akhirnya, para pemuda ini justru dididik oleh Soekarno, Mohammad Hatta dan Chaerul Saleh untuk berjuang merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Asrama Angkatan Baru Indonesia pun berganti nama menjadi Gedung Menteng 31. Tahun 1972 bangunan gedung ini dipugar oleh Gubernur DKI Jakarta dan di tahun 1973 resmi menjadi museum sejarah perjuangan para pemuda Indonesia merebut kemerdekaan Republik Indonesia.

(Bersambung)