Yuk Kenalan dengan Dikha, Penari Pacu Jalur yang Jadi Duta Wisata Riau, ada Doa Adat yang Dibisikkan sebelum Menari!
- rri.co.id/Dokumentasi/Pemprov Riau
Riau, WISATA – Nama Rayyan Arkan Dikha, bocah asal Kuantan Singingi, Riau, mendadak viral berkat aksinya menari di ujung perahu Pacu Jalur. Gerakannya yang energik dan penuh semangat memicu tren global bernama “Aura Farming”, bahkan ditiru oleh klub sepak bola dunia seperti PSG dan AC Milan.
Dikha, yang kini duduk di kelas 5 SD, telah menari selama dua tahun sebagai “Anak Coki”, sebutan untuk penari penyemangat tim Pacu Jalur. Ia berdiri di ujung perahu yang melaju kencang, menggoyangkan tubuh mengikuti irama gendang dan sorakan penonton. Tugasnya bukan sekadar hiburan, tapi penyemangat spiritual dan simbol kemenangan.
Tradisi Pacu Jalur bukan sekadar lomba dayung. Di baliknya, tersimpan ritual adat dan kepercayaan lokal yang diwariskan turun-temurun. Sebelum lomba dimulai, masyarakat menggelar prosesi “Buka Jalur”, yakni upacara pembersihan spiritual dan doa keselamatan yang dipimpin oleh tokoh adat atau dukun kampung.
Kayu untuk membuat perahu pun dipilih melalui ritual Babalian dan Batonung, lalu diberi sesajen sebagai bentuk penghormatan kepada penunggu pohon. Tujuannya agar perahu tidak “bermasalah” saat lomba dan penari tidak jatuh sepanjang jalur.
Penari seperti Dikha juga diyakini membawa aura keberuntungan. Gerakan tangan ke sungai melambangkan penghormatan kepada Batang Kuantan, sedangkan gerakan ke atas adalah bentuk syukur atas keselamatan dan rezeki.
Atas jasanya mempopulerkan budaya Pacu Jalur ke dunia, Gubernur Riau Abdul Wahid menetapkan Dikha sebagai Duta Pariwisata Riau dan memberinya beasiswa pendidikan Rp20 juta. “Jasanya besar. Ini bukan sekadar apresiasi, tapi motivasi bagi generasi muda,” ujar sang gubernur.
Dikha pun tampil di Kantor Gubernur, memperagakan tarian khasnya diiringi tepuk tangan pegawai dan pejabat. Ia mengaku belajar menari secara otodidak dan harus menjaga keseimbangan di atas perahu yang bergoyang hebat saat didayung.
Dikha bukan hanya penari cilik, tapi ikon budaya yang menyatu dengan zaman. Di balik gerakan lincahnya, tersimpan filosofi, doa, dan semangat kolektif masyarakat Kuansing. Dari tepian Sungai Kuantan, aura Dikha kini mendayung ke panggung dunia.
Sumber: berbagai media sosial