JOMO: Memperkuat Etnaprana Indonesia sebagai Tren Wisata Masa Depan yang Tak Terbendung
- Image Creator bing/Handoko
Bali, misalnya, menawarkan lebih dari sekadar pantai dan kehidupan malam yang sibuk. Ubud dan kawasan sekitarnya menyediakan tempat-tempat meditasi, retret yoga, dan pemandangan sawah hijau yang menenangkan. Banyak wisatawan yang datang ke Bali kini mencari ketenangan dan pengalaman spiritual, bukannya hiburan semata.
Di pulau-pulau seperti Flores dan Sumba, wisata berbasis JOMO semakin marak. Para wisatawan dapat tinggal di rumah-rumah adat, mengikuti tradisi lokal, atau mendaki gunung yang masih alami tanpa koneksi internet. Pengalaman ini bukan hanya memberikan ketenangan batin, tetapi juga mendukung pelestarian budaya setempat.
Etnaprana: Menghidupkan Kembali Tradisi yang Terlupakan
Konsep Etnaprana, yang menekankan penghargaan terhadap warisan budaya dan kearifan lokal, sejalan dengan semangat JOMO. Wisatawan yang mengadopsi JOMO sering kali mencari pengalaman yang tidak biasa, seperti berpartisipasi dalam upacara adat, belajar menenun dari para pengrajin lokal, atau mencicipi masakan tradisional yang diwariskan turun-temurun. Di sinilah Etnaprana memainkan peran penting dalam menjaga keaslian dan identitas budaya Indonesia.
Masyarakat lokal, sebagai penjaga budaya, juga diuntungkan dari tren ini. Dengan semakin banyak wisatawan yang menghargai nilai-nilai tradisional, ada dorongan untuk melestarikan kearifan lokal dan menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah dan pelaku pariwisata pun mulai menyadari pentingnya mempromosikan wisata berbasis budaya dan ekowisata.
Teknologi yang Membatasi, Alam yang Membebaskan
Di dunia yang semakin terhubung secara digital, wisata berbasis JOMO menawarkan pelarian dari kehidupan yang terus-menerus dikepung oleh pemberitahuan dan media sosial. Wisatawan yang mengadopsi gaya hidup ini sering kali memilih destinasi yang minim akses teknologi, seperti kawasan terpencil atau cagar alam yang dilindungi.