Filsafat Jawa "Wruh ingkang sejatine urip, urip ingkang sejatine wruh" - Ki Ageng Pengging

Ilustrasi Para Tokoh Filsafat Jawa
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat, terkadang kita lupa untuk merenungkan hakikat keberadaan kita di dunia ini. Filsafat Jawa, dengan kearifan lokalnya, menawarkan panduan untuk menjalani hidup yang lebih bermakna. Salah satu perkataan yang sarat makna dalam filsafat Jawa adalah:

Etnaprana dan Stoikisme: Menemukan Kedamaian Melalui JOMO di Tengah Kesibukan Hidup Modern

Kalimat bijak ini berasal dari Ki Ageng Pengging, seorang tokoh filsuf dan spiritual Jawa Kuno. Makna yang terkandung di dalamnya begitu dalam dan relevan untuk kita renungkan bersama.

Mengenal Ki Ageng Pengging

“Hidup Adalah Soal Cinta: Tanpa Cinta, Hidup Akan Mati" - Leo Tolstoy Tentang Cinta dan Kebahagiaan

Informasi mengenai Ki Ageng Pengging sendiri tergolong terbatas. Diduga beliau hidup pada abad ke-16 dan berasal dari daerah Pengging, Jawa Tengah.

Meski detail kehidupannya minim, perkataannya tentang hakikat hidup ini terus diwariskan dan menjadi salah satu pilar dalam filsafat Jawa.

Wisata JOMO: Menemukan Harmoni dengan Etnaprana dan Stoikisme di Tengah Kesibukan Modern

Menelusuri Makna "Wruh ingkang sejatine urip, urip ingkang sejatine wruh"

Secara harfiah, kalimat tersebut dapat diterjemahkan sebagai "Mengetahui hakikat hidup berarti hidup dalam pengetahuan." Namun, makna yang terkandung di dalamnya jauh lebih luas daripada sekadar terjemahan tersebut.

Mari kita uraikan perkataan ini menjadi dua bagian:

  • "Wruh ingkang sejatine urip" (Mengetahui hakikat hidup)

Bagian pertama ini mengajak kita untuk senantiasa mencari dan memahami makna sejati kehidupan. Apa tujuan kita ada di dunia ini? Apa yang membuat hidup kita berharga?

Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kita untuk berkontemplasi, introspeksi, dan menggali nilai-nilai yang kita yakini.

  • "Urip ingkang sejatine wruh" (Hidup dalam pengetahuan)

Bagian kedua ini menekankan pentingnya menjalani hidup dengan didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud bukan hanya sebatas ilmu duniawi, melainkan juga mencakup pengetahuan spiritual dan moral.

Dengan terus belajar dan memperluas wawasan, kita dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan menjalani hidup dengan lebih bermakna.

Menghubungkan Pengetahuan dan Kehidupan

Ki Ageng Pengging tidak sekadar menyampaikan perkataan ini, namun juga menjalani filosofi tersebut. Beliau dikenal sebagai sosok yang arif, bijaksana, dan memiliki pengetahuan yang luas.

Melalui perkataannya, beliau mengajak kita untuk tidak sekedar menjalani hidup, namun juga untuk "hidup dalam pengetahuan".

Penerapan "Wruh ingkang sejatine urip, urip ingkang sejatine wruh" dalam Kehidupan Sehari-hari

Filosofi ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan kita, di antaranya:

  • Pendidikan: Mencari ilmu tidak hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga untuk memahami dunia dan diri kita sendiri.
  • Pekerjaan: Tidak hanya sekedar mencari nafkah, tetapi juga berkontribusi terhadap kebaikan dan kemajuan masyarakat.
  • Hubungan sosial: Membangun hubungan yang baik dengan orang lain didasari oleh pengetahuan tentang empati, kasih sayang, dan saling menghargai.
  • Pengambilan keputusan: Membuat keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang dan didasari oleh pengetahuan yang benar.

Belajar Sepanjang Hayat dan Mencari Makna Hidup

Ki Ageng Pengging mengingatkan kita bahwa hidup adalah sebuah perjalanan pembelajaran yang tiada henti.

Dengan terus belajar dan mencari pengetahuan, kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna dan selaras dengan hakikat keberadaan kita.

Filsafat Jawa: Warisan Budaya yang Relevan

Filsafat Jawa, dengan perkataan bijaknya seperti "Wruh ingkang sejatine urip, urip ingkang sejatine wruh", terus menjadi warisan budaya yang relevan hingga saat ini.

Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, nilai-nilai luhur ini menawarkan panduan untuk menjalani hidup dengan bijaksana dan penuh makna.