Seneca: Mengapa Kekayaan Bisa Jadi Budak atau Tuan, Tergantung Siapa Pemiliknya
- Cuplikan layar
Seneca sendiri adalah orang yang kaya raya, namun hidupnya sangat sederhana. Ia mengajarkan bahwa kekayaan tidak boleh mengganggu ketenangan batin. Jika memiliki harta membuatmu gelisah, maka bukan harta itu yang salah, tapi cara kamu memperlakukannya.
Harta Bisa Menjadi Alat Kebajikan
Kekayaan bukan hanya bisa menjadi pelayan bagi kehidupan kita, tetapi juga alat untuk berbuat baik. Orang yang bijak menggunakan hartanya untuk membantu sesama, membangun komunitas, mendukung pendidikan, dan menciptakan dampak positif.
Seneca berkata bahwa tidak ada kebahagiaan sejati dalam kepemilikan jika tidak dibagikan. Maka, salah satu cara agar kita tidak diperbudak harta adalah dengan memberi. Memberi membuat kita sadar bahwa kita tidak hidup hanya untuk mengumpulkan, tapi untuk berkontribusi.
Belajar dari Kisah Nyata
Banyak tokoh besar dalam sejarah yang membuktikan bahwa kekayaan hanyalah alat, bukan segalanya. Misalnya:
- Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, masih tinggal di rumah yang dibelinya pada 1958 dan hidup sederhana. Ia mengatakan bahwa kebahagiaannya tidak bergantung pada benda.
- Mahatma Gandhi memilih hidup sederhana meski bisa hidup mewah. Ia percaya bahwa kedamaian batin lebih penting dari harta benda.
- Mother Teresa tidak memiliki apa-apa, tapi memberi segalanya. Ia menginspirasi jutaan orang dan dikenang karena ketulusan, bukan kekayaannya.