Seneca: Kerajaan yang Berdiri di Atas Ketidakadilan Tidak Akan Pernah Bertahan Lama

Seneca Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Malang, WISATA - “A kingdom founded on injustice never lasts.”
Pernyataan tajam dari Seneca ini terasa semakin relevan dalam dunia modern yang penuh pergolakan sosial dan politik. Ketika sebuah kekuasaan dibangun bukan untuk melindungi rakyatnya, melainkan untuk memperkaya segelintir orang, maka kekuasaan itu sedang menggali kuburnya sendiri. Bagi Seneca, keadilan bukan sekadar nilai moral, melainkan syarat mutlak untuk keberlangsungan dan stabilitas sebuah negara.

Seneca dan Filosofi Anti-Panik: Cara Menghadapi Hidup yang Penuh Tekanan

Filsuf Stoik ini menyampaikan peringatan bahwa tidak ada pemerintahan, kerajaan, atau sistem kekuasaan apa pun yang bisa bertahan lama jika dibangun di atas ketidakadilan, penindasan, dan korupsi. Sejarah telah membuktikan hal ini berulang kali.

 

Kekuasaan yang Tidak Adil Adalah Bangunan Rapuh

On the Shortness of Life: Buku Seneca yang Wajib Dibaca Sebelum Usia 30 Tahun

Ketidakadilan adalah racun bagi tatanan masyarakat. Ia menggerogoti kepercayaan rakyat, menciptakan kesenjangan, dan menumbuhkan kebencian. Ketika hukum hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas, maka benih-benih kehancuran sudah ditanam, tinggal menunggu waktu untuk tumbuh menjadi pemberontakan atau keruntuhan sistem.

Seneca percaya bahwa kekuatan sejati sebuah pemerintahan terletak pada kepercayaan dan keadilan, bukan pada kekuatan militer, kekayaan, atau propaganda. Sebuah kekuasaan yang besar namun tidak adil hanya akan menjadi raksasa dengan kaki rapuh yang mudah tumbang saat diguncang krisis.

 
Pelajaran Kehidupan dari Seneca: Mengapa Hidup Itu Sebenarnya Terlalu Singkat?

Pelajaran Sejarah: Dari Kekaisaran hingga Negara Modern

Sejarah dunia menyajikan banyak contoh bagaimana kekuasaan besar runtuh karena ketidakadilan yang mereka pelihara:

  • Kekaisaran Romawi Barat runtuh bukan hanya karena serangan luar, tetapi karena korupsi, ketimpangan sosial, dan runtuhnya moralitas di dalam.
  • Revolusi Prancis pecah karena ketidakadilan yang luar biasa antara bangsawan dan rakyat jelata. Ketika roti pun tak bisa dibeli, rakyat akhirnya bangkit.
  • Apartheid di Afrika Selatan menjadi contoh nyata bagaimana sistem yang tidak adil, sekuat apa pun, akhirnya roboh oleh tekanan moral dan perlawanan rakyat.

Dalam semua kasus itu, ketidakadilan adalah pemicu utama runtuhnya tatanan kekuasaan. Seneca benar: kerajaan yang berdiri di atas ketidakadilan, tidak akan bertahan.

 

Mengapa Keadilan Menjadi Fondasi Kekuasaan?

1. Membangun Kepercayaan Publik

Keadilan menciptakan rasa aman dan kepercayaan dari rakyat kepada pemimpinnya. Tanpa kepercayaan, kekuasaan hanya akan bersandar pada ketakutan.

2. Mencegah Ketimpangan Sosial

Sistem yang adil memastikan distribusi kekayaan, layanan publik, dan kesempatan yang merata.

3. Menumbuhkan Loyalitas dan Kepedulian

Rakyat yang merasa diperlakukan adil akan lebih loyal, produktif, dan bersedia bekerja sama dalam membangun negara.

4. Memperkuat Stabilitas Sosial dan Politik

Negara yang adil cenderung lebih damai dan minim konflik internal. Ketidakadilan justru memicu demo, kerusuhan, bahkan perang saudara.

 

Ketidakadilan di Era Modern: Bukan Lagi Soal Raja dan Kerajaan

Meskipun bentuk kerajaan tradisional sudah banyak yang hilang, pesan Seneca tetap relevan. Hari ini, ketidakadilan bisa hadir dalam bentuk:

  • Kebijakan publik yang menguntungkan segelintir elite
  • Sistem hukum yang tidak netral
  • Diskriminasi ras, gender, atau agama dalam institusi negara
  • Korupsi yang merajalela tanpa hukuman yang adil

Semua ini memperlihatkan bahwa kerajaan modern pun bisa gagal jika tidak berdiri di atas nilai keadilan.

 

Seneca: Filsuf, Penulis, dan Pengkritik Kekuasaan

Lucius Annaeus Seneca bukan hanya seorang pemikir, tetapi juga pejabat tinggi di Kekaisaran Romawi. Ia pernah menjadi penasihat bagi Kaisar Nero. Namun, meski berada dalam lingkaran kekuasaan, Seneca tetap kritis dan vokal terhadap penyalahgunaan kekuasaan.

Ia menulis banyak surat dan esai yang menggambarkan pandangannya soal etika, keadilan, dan peran kekuasaan. Dalam banyak tulisannya, Seneca menegaskan bahwa pemimpin yang adil adalah pemimpin yang bijaksana, dan bahwa kekuasaan tanpa moralitas adalah jalan cepat menuju kehancuran.

 

Refleksi untuk Indonesia dan Dunia Hari Ini

Pernyataan Seneca seharusnya menjadi bahan renungan bagi para pemimpin di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ketika rakyat merasakan ketidakadilan dalam kebijakan, pelayanan publik, atau penegakan hukum, maka benih krisis sedang tumbuh.

Ketika masyarakat tidak percaya lagi pada institusi, maka tidak ada legitimasi. Dan ketika tidak ada legitimasi, maka tidak ada stabilitas. Keadilan bukan hanya tuntutan rakyat—ia adalah kebutuhan negara.

 

Penutup: Hanya Keadilan yang Bisa Memperpanjang Umur Sebuah Kekuasaan

“A kingdom founded on injustice never lasts.”
Seneca tidak sedang mengancam, tapi memperingatkan. Tidak ada satu pun bentuk kekuasaan yang abadi jika ia dibangun di atas penderitaan dan ketidakadilan. Pemimpin yang bijaksana adalah yang sadar bahwa keberlangsungan kekuasaannya bergantung pada kemampuannya menjaga keadilan.

Dalam dunia yang semakin terbuka, transparan, dan terkoneksi, rakyat tidak lagi mudah dibungkam. Mereka bisa melihat, membandingkan, dan menuntut. Maka satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan menjadi adil—dalam hukum, kebijakan, dan perlakuan.