Jamur Termahal yang Tumbuh di Kawasan Subtropis Ini Ditemukan di Sukabumi, Begini Asal-usulnya!
- IG/panennewsofficial
Sukabumi, WISATA – Sebuah jamur liar telah ditemukan di dalam polibag hitam milik seorang warga Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, oleh Husni Alfian, S.Pd. Jamur yang telah dipotret dari berbagai sudut itu kemudian telah diunggah ke media sosial Komunitas Pemburu Jamur Indonesia (KPJI), sehingga diskusi hangat telah dipicu; mayoritas anggota menyatakan bahwa spesimen tersebut termasuk jamur morel (Morchella sp.).
Validasi ilmiah telah diberikan oleh Ivan Permana Putra, S.Si., M.Si., Ph.D. dari Departemen Biologi IPB. Melalui karakter makroskopik—seperti habitat, bentuk tubuh buah kerucut berpori menyerupai spons, serta tangkai silindris—spesimen itu telah dikukuhkan sebagai Morchella sp., suatu genus yang jarang dijumpai di iklim tropis Indonesia dan biasanya tumbuh di kawasan subtropis atau dataran tinggi yang sejuk.
Rekor kemunculan morel di Indonesia sebelumnya telah dicatat di Taman Nasional Gunung Rinjani (2011) sebagai Morchella aff. deliciosa, di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (kemunculan rutin sejak 2016), dan di Gunung Klabat, Minahasa Utara (2017). Semua lokasi tersebut berada di ketinggian ≥1 400 m dpl, sehingga pola distribusi altitudinal telah terkonfirmasi.
Spesimen-spesimen Lembang—karena muncul dalam jumlah lebih dari sepuluh per musim telah dimanfaatkan untuk penelitian kultivasi. Melalui medium pati, pertumbuhan miselium dan pembentukan sklerotia telah dioptimalisasi, membuka peluang budidaya lokal.
Secara global, kultivasi lapangan berskala besar telah dikuasai di Tiongkok; hasil panen dilaporkan mencapai 0–7 620 kg per hektare, terutama untuk spesies-spesies M. importuna, M. sextelata, dan M. eximia. Keberhasilan itu telah bergantung pada penambahan nutrisi eksogen dan manajemen kelembapan substrat.
Nilai ekonominya tergolong tinggi; di pasar grosir dunia, harga segar selama empat minggu terakhir tercatat US$40–63 per kg, sedangkan studi perdagangan mencatat harga rata-rata hingga US$160 per kg ketika permintaan tahunan mencapai 900 000 kg. Di pasar ritel, kisaran Rp1 juta per ons (≈US$77) sering dilaporkan, menjadikan morel salah satu fungi konsumsi termahal setelah truffle.
Kandungan gizi morel telah diketahui kaya protein, asam amino esensial, dan polisakarida bioaktif yang berpotensi antioksidan, antitumor, serta antiinflamasi; aspek-aspek ini telah memicu minat industri pangan-kesehatan.