Mengejutkan! Ini Pendapat Al-Ghazali Terkait Filsafat dan Pemikiran Aristoteles yang Sering Disalahpahami
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA — Nama Imam Al-Ghazali sering dikaitkan dengan penolakan terhadap filsafat, terutama ketika membahas pengaruh pemikiran Aristoteles dalam dunia Islam. Namun, benarkah Al-Ghazali sepenuhnya menolak filsafat? Dan bagaimana sebenarnya sikap beliau terhadap warisan intelektual Aristoteles yang telah meresap ke dalam pemikiran para filsuf Muslim klasik seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina?
Jawabannya tidak sesederhana yang selama ini dipahami. Melalui karya terkenalnya, Tahafut al-Falasifah (Kekacauan para Filosof), Al-Ghazali memang mengkritik keras beberapa aspek metafisika Aristotelian, terutama dalam versi yang dikembangkan oleh Ibnu Sina. Namun di sisi lain, Al-Ghazali justru memanfaatkan logika dan metodologi Aristoteles dalam karya-karyanya sendiri. Mari kita bongkar pemikiran tokoh besar ini secara lebih jernih dan adil.
Al-Ghazali: Filsuf, Teolog, dan Pembaru
Imam Abu Hamid Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah ulama besar dalam dunia Sunni, dikenal sebagai hujjat al-Islam (pembela Islam), sekaligus seorang filsuf, ahli teologi, dan sufi. Pendidikan awalnya mencakup ilmu kalam (teologi Islam), fiqih, tasawuf, dan... ya, filsafat! Ia mempelajari hampir seluruh karya besar para pemikir Yunani dan Muslim, termasuk Aristoteles.
Al-Ghazali menguasai logika dan ilmu mantik Aristoteles dengan sangat baik. Bahkan ia menulis kitab Maqasid al-Falasifah (Tujuan Para Filosof), yang berisi ringkasan sistematis tentang logika, fisika, dan metafisika Aristotelian sebagai prasyarat sebelum ia menulis bantahannya.