Hewan yang Memiliki 'Indera Keenam', Mengubah Beberapa Teori Evolusi
- pixabay
Tim tersebut juga memetakan otak tokek dan menemukan stasiun relai yang disebut nukleus vestibularis ovalis.
Kantong ini menerima masukan semata-mata dari sakulus, lalu meneruskan informasi ke pusat pendengaran yang lebih tinggi. Kantong ini berperilaku seperti jalan raya getaran khusus, terpisah dari landasan pendengaran biasa.
Nukleus otak serupa ditemukan pada ular dan reptil Selandia Baru kuno Sphenodon, yang mengisyaratkan adanya cetak biru bersama di seluruh pohon keluarga reptil.
Banyak ular dan kadal dianggap ‘bisu’ atau ‘tuli’ dalam artian mereka tidak bersuara atau mendengar suara dengan baik. Namun ternyata mereka berpotensi berkomunikasi melalui sinyal getaran menggunakan jalur sensorik ini, yang benar-benar mengubah cara ilmuwan berpikir tentang persepsi hewan secara keseluruhan.
Ular penyelam pasir gurun, kadal penggali dan bahkan tukik penyu yang mengetuk-ngetuk sarang mereka mungkin bertukar informasi dengan menggoyangkan lingkungan sekitar mereka alih-alih berteriak di udara.
Ikan mengandalkan organ telinga bagian dalam untuk merasakan gelombang tekanan di air, sementara amfibi hidup di air dan daratan. Penelitian tokek menunjukkan bahwa tetrapoda awal membawa indra getaran ke darat dan menyimpannya di samping pendengaran yang berasal dari gendang telinga.
Selama jutaan tahun, beberapa garis keturunan hewan menalami penurunan, tetapi yang lain, seperti tokay, tetap bertahan. Kegigihan itu mengingatkan para ahli biologi bahwa evolusi sering kali menggunakan kembali peralatan lama alih-alih membuangnya.