Peralatan Batu yang Diciptakan 400.000 Tahun Lalu Menunjukkan Kemajuan Teknologi Manusia Purba

Rusa bera yang lebih cepat dan ramping menawarkan lebih sedikit daging per buruan, jadi para pemburu perlu mengolah lebih banyak bangkai untuk menyamai kalori yang pernah disediakan oleh seekor gajah. Perubahan itu memaksa pemikiran ulang tentang strategi dan peralatan.

Rusa bera berkembang biak di hutan campuran di sepanjang dataran tinggi Samaria yang sekarang. Tulang-tulang mereka mengisi lapisan-lapisan di Jaljulia dan Gua Qesem, menandakan perubahan pola makan yang mencerminkan perubahan lingkungan yang lebih luas selama akhir Paleolitikum Bawah.

Muncullah pengikis Quina. Tidak seperti pengikis sebelumnya yang lebih sederhana, pengikis ini memiliki tepi kerja berundak seperti sisik yang tajam.

Tanda keausan mikroskopis menunjukkan gerakan berulang yang cocok untuk menghilangkan kulit dan urat dengan rapi. Desain alat batu kemungkinan menghemat waktu berharga para pemburu di lokasi pembantaian, mengurangi paparan terhadap pemulung dan predator saingan yang dapat mencuri bangkai yang diperoleh dengan susah payah.

Percobaan modern dengan replika menegaskan bahwa alat ini unggul dalam menghasilkan potongan kulit yang panjang dan bersih--ideal untuk mengikat tempat berlindung, membungkus daging atau bahkan menjahit pakaian awal.

Satu pengikis dapat diasah ulang beberapa kali, menjadikannya pekerja keras yang portabel untuk perjalanan beberapa hari.

Perubahan yang paling tak terduga bukan terletak pada bentuk alatnya, melainkan pada bahan bakunya. Pengikis quina di kedua lokasi tersebut terbuat dari batu api yang diangkut sekitar 12,4 mil dari lereng barat pegunungan Samaria, melewati daerah perbukitan yang lebih dekat.

Halaman Selanjutnya

Dataran tinggi yang sama itu berfungsi sebagai tempat melahirkan rusa bera. Para pemburu, kemudian, menghubungkan sumber daya penting--batu api--dengan lanskap yang menyediakan makanan pokok baru mereka.