Jules Evans: "Hidup yang Tidak Direfleksikan adalah Hidup yang Dilewatkan"
- Cuplikan layar
Evans menekankan bahwa “refleksi bukan tentang menghakimi diri sendiri, melainkan menyadari perjalanan batin kita dengan jujur.” Inilah esensi filsafat praktis yang ia bawa ke tengah-tengah masyarakat modern—sebuah ajakan untuk berhenti sejenak, melihat ke dalam, dan tumbuh secara sadar.
Inspirasi dari Filsafat Kuno
Filsuf-filsuf besar seperti Socrates, Marcus Aurelius, dan Seneca telah menekankan pentingnya refleksi diri dalam teks-teks mereka. Dalam Meditations, Marcus Aurelius menulis setiap malam untuk meninjau tindakannya sepanjang hari. Seneca dalam surat-surat moralnya juga menyarankan agar seseorang memeriksa hatinya setiap hari sebelum tidur.
Evans mengadopsi semangat ini dalam konteks modern. Ia mengajak pembacanya untuk menulis jurnal, bermeditasi, atau berdialog dengan diri sendiri sebagai bentuk latihan jiwa. Baginya, refleksi adalah “tindakan radikal di zaman yang sibuk.”
Refleksi Bukan Kemewahan, Tapi Kebutuhan
Sering kali refleksi diri dipandang sebagai kemewahan intelektual atau kegiatan spiritual yang eksklusif. Namun Evans menegaskan bahwa refleksi adalah hak dan kebutuhan setiap individu yang ingin menjalani hidup secara utuh dan sadar. Ini bukan sekadar proses berpikir, tetapi juga jalan untuk menemukan makna dan arah hidup.
Dalam masyarakat yang sering mengukur keberhasilan dari hal-hal eksternal seperti kekayaan dan status, refleksi mengembalikan fokus pada kualitas batin dan keseimbangan hidup. “Jangan hanya mengejar kesuksesan, tetapi pahami mengapa Anda mengejarnya,” ujar Evans dalam salah satu sesi publiknya.