Zeno dari Citium: “Manusia Tampaknya Tidak Kekurangan Apa Pun Sebanyak Ia Kekurangan Waktu”
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — Zeno dari Citium, filsuf pendiri mazhab Stoikisme yang hidup pada abad ke-3 SM, pernah menyampaikan sebuah kutipan yang mencerminkan pandangan mendalam tentang kehidupan dan prioritas manusia: “Man seems to be deficient in nothing so much as he is in time.”
Dalam bahasa Indonesia, kutipan ini diterjemahkan sebagai: “Manusia tampaknya tidak kekurangan apa pun sebanyak ia kekurangan waktu.” Sebuah refleksi tajam terhadap kenyataan bahwa meskipun manusia memiliki kemampuan, pengetahuan, dan sumber daya yang semakin canggih, ia tetap selalu merasa kekurangan satu hal: waktu.
Waktu, Sumber Daya Paling Berharga yang Tak Bisa Diganti
Dalam dunia modern yang dipenuhi kemajuan teknologi, akses informasi, dan konektivitas tanpa batas, manusia justru semakin merasa terdesak oleh waktu. Jadwal yang padat, target yang menumpuk, dan tuntutan produktivitas tanpa henti membuat waktu menjadi komoditas langka yang sangat berharga.
Zeno, dalam pemikiran Stoiknya, menganggap waktu sebagai satu-satunya sumber daya yang tidak bisa dibeli kembali, tidak bisa diperpanjang, dan tidak bisa disimpan untuk nanti. Setiap detik yang lewat adalah detik yang hilang selamanya. Maka, menurut Zeno, kekurangan manusia yang paling nyata bukanlah materi atau kekuatan, melainkan ketidakmampuan untuk mengelola dan menghargai waktu.
Relevansi dalam Kehidupan Masa Kini
Kutipan Zeno tersebut terasa semakin relevan dalam konteks zaman modern. Banyak orang merasa 24 jam dalam sehari tidak cukup untuk menyelesaikan semua tugas. Ironisnya, waktu juga kerap dihabiskan untuk hal-hal yang tidak penting, seperti menelusuri media sosial tanpa arah, menunda pekerjaan, atau terjebak dalam kegiatan yang tidak membawa nilai tambah.