Zeno dari Citium: “Manusia Tampaknya Tidak Kekurangan Apa Pun Sebanyak Ia Kekurangan Waktu”
- Cuplikan layar
Menurut laporan dari We Are Social (2024), rata-rata pengguna internet di Indonesia menghabiskan sekitar 3,5 jam per hari untuk bermain media sosial. Sementara itu, waktu yang digunakan untuk membaca buku atau pengembangan diri jauh lebih rendah. Ini menandakan bahwa krisis kekurangan waktu sebenarnya bukan karena waktu yang terbatas, tetapi karena cara manusia memanfaatkannya yang kurang bijak.
Pandangan Stoikisme tentang Waktu
Dalam Stoikisme, waktu adalah ujian utama dari kebijaksanaan. Filsuf Stoik percaya bahwa seseorang yang bijak akan menggunakan waktunya secara efisien dan bermakna. Ia tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk menyesali masa lalu atau mencemaskan masa depan, melainkan fokus pada saat ini — the present moment — yang menjadi satu-satunya kenyataan yang bisa dikendalikan.
Zeno dan para penerus Stoik seperti Seneca dan Marcus Aurelius juga menekankan pentingnya memento mori—mengingat bahwa hidup itu sementara dan kematian bisa datang kapan saja. Oleh karena itu, waktu harus dihargai dan digunakan untuk hal-hal yang benar-benar berarti.
Mengelola Waktu sebagai Bentuk Kebijaksanaan
Berdasarkan ajaran Zeno, beberapa prinsip yang bisa diterapkan untuk mengelola waktu secara bijak antara lain:
1. Fokus pada Hal yang Penting, Bukan yang Mendesak
Banyak orang terjebak dalam aktivitas mendesak tapi tidak penting. Prioritaskan hal yang memberikan nilai jangka panjang.