Epictetus: Dua Kekuatan yang Membentuk Orang Bijak—Bertahan dan Menahan Diri
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – Filsuf Stoik Epictetus mengajarkan bahwa kebijaksanaan sejati tidak terletak pada kepandaian berbicara atau berteori, melainkan pada dua kekuatan utama dalam diri manusia: kemampuan untuk bearing (bertahan) dan forbearing (menahan diri). Ia menyatakan:
“The two powers which in my opinion constitute a wise man are those of bearing and forbearing.”
(Dua kekuatan yang menurut saya membentuk seorang bijak adalah kemampuan untuk bertahan dan menahan diri.)
Pandangan Epictetus ini menggarisbawahi inti dari ajaran filsafat Stoik—kebijaksanaan bukan sekadar soal berpikir benar, tetapi tentang bagaimana menghadapi kenyataan hidup dengan ketabahan dan pengendalian diri.
Makna ‘Bearing’: Kekuatan untuk Bertahan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai ujian dan kesulitan—mulai dari masalah pekerjaan, kehilangan, kegagalan, hingga tekanan sosial. Bearing atau ketangguhan dalam menghadapi semua itu adalah ciri khas orang bijak menurut Epictetus.
Bertahan berarti:
- Tidak menyerah dalam kesulitan.
- Tidak goyah oleh hinaan atau kegagalan.
- Mampu menjaga ketenangan batin ketika dunia luar tidak bisa dikendalikan.
Kehidupan modern menuntut kita untuk tangguh dalam berbagai aspek. Di tengah persaingan karier, ketidakpastian ekonomi, dan dinamika sosial, kemampuan untuk bertahan menjadi salah satu kunci sukses dan ketenangan batin.
Makna ‘Forbearing’: Seni Menahan Diri
Selain bertahan, orang bijak juga harus mampu forbearing—menahan diri. Ini adalah kemampuan untuk tidak bereaksi secara impulsif terhadap emosi, godaan, atau provokasi. Menahan diri adalah bentuk kedewasaan dan penguasaan diri yang tinggi.
Contoh menahan diri dalam kehidupan nyata:
- Tidak membalas kemarahan dengan kemarahan.
- Menunda kesenangan demi tujuan jangka panjang.
- Mampu diam ketika tahu bahwa berbicara hanya akan memperkeruh suasana.
Di era digital seperti sekarang, forbearing sangat dibutuhkan, terutama dalam berinteraksi di media sosial. Kita sering tergoda untuk membalas komentar negatif atau menyampaikan pendapat dengan emosi. Namun, orang bijak adalah mereka yang tahu kapan harus bersikap, dan kapan harus menahan diri.
Keseimbangan antara Kekuatan dan Kendali
Kedua kekuatan ini—bertahan dan menahan diri—tidak bisa dipisahkan. Seseorang yang hanya mampu bertahan tapi tidak bisa menahan diri, akan cepat terbakar emosi. Sebaliknya, seseorang yang bisa menahan diri tapi tidak cukup kuat bertahan, akan mudah menyerah dalam tekanan.
Epictetus percaya bahwa kombinasi keduanya adalah fondasi dari kebijaksanaan sejati. Dalam filsafat Stoik, manusia bijak adalah mereka yang mampu menerima kenyataan dengan tenang, serta tidak diperbudak oleh emosi, hawa nafsu, atau keinginan yang tidak penting.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Filsafat kuno ini tetap sangat relevan di zaman sekarang. Banyak orang mengalami stres dan kecemasan karena tidak memiliki kemampuan untuk bertahan atau menahan diri. Ketika seseorang terlalu berharap pada hasil luar, dan tidak cukup membangun kekuatan batin, maka kekecewaan menjadi tidak terelakkan.
Filsafat Stoik seperti yang diajarkan oleh Epictetus menawarkan solusi praktis:
- Fokus pada apa yang bisa dikendalikan.
- Terima hal yang tidak bisa diubah.
- Latih diri untuk tetap tenang dalam keadaan apa pun.
Dengan menerapkan prinsip bearing dan forbearing, kita bisa menjalani hidup dengan lebih bijak, lebih damai, dan lebih tangguh dalam menghadapi segala situasi.
Penutup: Bijak Bukan Karena Pintar, tapi Karena Sabar
Kebijaksanaan bukan milik mereka yang paling banyak bicara atau paling pandai berdebat, tetapi milik mereka yang mampu bertahan saat dunia menguji, dan menahan diri saat emosi menggelegak. Dua kekuatan ini—bearing dan forbearing—adalah senjata sejati dalam menghadapi kehidupan.
Sebagaimana dikatakan Epictetus lebih dari dua ribu tahun lalu, orang bijak adalah mereka yang kuat bukan karena otot atau kekuasaan, tetapi karena hati dan pikirannya yang mampu mengendalikan diri dan tetap tenang dalam badai kehidupan.